Dian juga menegaskan bahwa aksinya bukan bagian dari arahan partai maupun pesanan siapa pun. Ia menyebut, motivasinya murni pribadi: merasa geram melihat mantan presiden terus diserang fitnah, bahkan setelah lengser dari jabatannya.
“Tidak ada perintah dari siapa pun, bukan PSI, bukan Pak Kaesang, bukan juga Pak Jokowi. Saya bergerak sendiri karena sedih dan marah melihat beliau terus dihina,” ujarnya.
Dian mengungkapkan bahwa ia mendapat informasi tentang ijazah Jokowi dari seseorang bernama Andi Pramaria di Lombok. Dari sana, ia menelusuri berbagai sumber, termasuk majalah lama bernama Perintis yang memuat informasi tentang seleksi masuk perguruan tinggi (Sipenmaru) era 1980-an.
“Dari majalah itu, saya mulai susun potongan-potongan informasi tentang riwayat kuliah Pak Jokowi, termasuk teman-teman kuliahnya dulu. Saya lakukan ini karena ingin publik tahu bahwa beliau benar-benar kuliah dan lulus,” jelasnya.
Meski sudah tidak menjabat sebagai presiden, menurut Dian, Jokowi tetap menjadi sasaran kampanye negatif yang tidak berkesudahan.
“Padahal masa jabatan beliau sudah selesai. Tapi tetap saja masih difitnah soal ijazah. Itu yang tidak bisa saya diamkan,” tegasnya.
Ia berharap klarifikasi yang ia berikan ke penyidik bisa membantu memperjelas duduk perkara dan menghentikan penyebaran informasi palsu yang beredar di masyarakat. Dian juga menekankan bahwa tujuannya hanya satu: kebenaran.
“Saya ingin semua ini selesai. Saya ingin kebenaran terbuka. Kalau ada yang menyebarkan fitnah, saya siap melawan, kapan pun itu,” pungkasnya.