TajukPolitik – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah wacana koalisi besar Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai cenderung untuk melawan PDIP.
Menurutnya, KIB juga dibangun untuk melawan PDIP sekaligus menjadi ruang kekuasaan Jokowi lepas dari partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Pada dasarnya sejak awal terbentuknya KIB memang cenderung dibangun untuk melawan PDIP, sekaligus menjadi ruang kekuasaan Jokowi lepas dari PDIP, dan PDIP tahu,” kata Dedi.
Wacana koalisi besar yang mengemuka pascapertemuan lima ketua umum partai pendukung pemerintah dengan Presiden Jokowi, Ahad (2/4/2023) kemarin sebagai upaya membentuk kekuatan besar untuk mengalahkan PDIP. Dedi melanjutkan, hal ini juga sebagai upaya menghilangkan pengaruh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Terlebih, Jokowi juga semakin terang-terangan menunjukkan dukungan kepada Prabowo Subianto.
“Ini menguatkan dukungan Jokowi ingin ada kekuatan besar yang bisa kalahkan PDIP, atau hilangkan pengaruh Megawati, sekaligus bisa mengalahkan rivalitas dengan koalisi Nasdem yang mengusung Anies,” ujar Dedi, Senin (3/4).
Karena itu, kata Dedi, dalam pidato Megawati di Rakernas PDIP beberapa waktu lalu menyinggung kader untuk tidak bermanuver, yang salah satunya menurut Dedi ditujukan pada Jokowi. D
edi melanjutkan, apalagi pascabatalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 yang menjadi salah satu agenda besar Pemerintahan Jokowi semakin menguatkan untuk membentuk poros koalisi besar menandingi PDIP.
Terlebih, PDIP menjadi salah satu yang ikut andil menciptakan kegaduhan penolakan Timnas Israel yang kemudian diikuti Indonesia dicoret FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia.
“Kegagalan Piala Dunia menjadi pemantiknya, Jokowi jelas kecewa karena ia berharap Piala Dunia akan menjadi magnet baru galang simpati publik, mengingat sebelumnya prestasi internasional paling mengemuka masih di dominasi Formula E, di tambah agenda superboat di Toba juga kurang bergaung,” ujar Dedi.
“Sementara gagal, maka kekecewaan itu semakin menguat utamanya dengan PDIP yang lantang membuat kegaduhan,” tambahnya.
Terkait peluang koalisi besar ini di Pilpres mendatang, dia menilai bergantung dengan siapa sosok calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo. Menurutnya, meskipun koalisi besar tetapi belum menjamin kemenangan.
“Bergantung, jika Prabowo tidak mendapat lawan sepadan, maka edar kemungkinan menang, tetapi jika kemudian Anies mendapat pasangan yang bisa dianggap bagian dari pemerintah saat ini, maka Prabowo tetap kesulitan,” ujarnya.