Tajukpolitik – Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP BRIN), Prof. Firman Noor, mengatakan saat ini telah terjadi kerusakan etika politik di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.
Untuk itu, menurut Firman, salah satu pekerjaan yang mesti dilakukan oleh presiden dan wakil presiden terpilih mendatang adalah memulihkan tata pemerintahan dan politik yang lebih menerapkan standar yang lebih tinggi.
“Demikian berantakan atau damage persoalan etika politik itu pada hari-hari atau tahun-tahun belakangan. Di mana orang seolah-olah boleh berkuasa by all means. Dengan segala cara,” jelas Firman, Selasa (16/1).
Firman menilai dunia politik saat ini di Indonesia tak lagi menjunjung tinggi etika. Padahal, kata dia, para founding fathers tetap beretika walaupun berbeda pilihan politik.
“Saat ini nampaknya ini cukup loose. Elite kita, penguasa kita cukup permisif dalam persoalan ini. Sejauh itu menguntungkan secara politik, why not?” kata Firman.
Menurut Firman, jika praktik politik seperti itu dilanjutkan maka bakal menjadi warisan yang buruk bagi generasi mendatang. Jika hal itu yang terjadi, maka Firman menilai justru berbahaya karena malah bisa merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat.
“Mudah-mudahan generasi muda dalam waktu dekat ini akan juga dihadirkan bagaimana cara berpolitik yang beretika, sehingga mereka punya standar yang jauh lebih baik sehingga bisa paham bahwa untuk memenangkan kontestasi jangan juga harus melupakan etika politik,” ungkap Firman.
Firman berharap generasi muda bisa mencontoh cara berpolitik yang menjunjung etika sebagai bagian dari budaya luhur bangsa ini, dan harus dipertahankan untuk masa kini dan masa-masa yang akan datang.
“Jadi saya memang berharap ke depan akan ada banyak lagi politisi yang sadar tentang etika politik ini, tidak main-main dengan itu agar nanti tidak terjadi politik Macchiavellian yang menghalalkan segala cara,” tegas Firman.