Tajukpolitik – Koodinator Penggerak Gusdurian Banyuwangi, Lukman Hadi Abdillah, mewanti-wanti agar para politisi tidak melupakan etika politik.
Hal itu ia sampaikan menanngapi deklarasi pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai Capres dan Cawapres yang diusung oleh Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Hotel Majapahit, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/9) lalu.
Lukman mangatakan manuver politikus, khususnya dari kalangan nahdliyin diminta untuk tidak melupakan model demokrasi yang menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan politik.
“Dan masyarakat saat ini tentunya sudah cerdas bisa men-tracing calon-calon pemimpin bangsa, politisi juga bisa meneladani gaya berdemokrasi Gus Dur, lihatlah Gus Dur yang selalu mengedepankan kemanusiaan,” ujar Lukman, Selasa (5/9).
“Jadi masyarakat harus mengingat dong bagaimana Gus Dur berdemokrasi, bagaimana Gus Dur mengatakan tidak ada jabatan yang harus dipertahankan mati-matian. Tapi kalau bicara konstitusi, Gus Dur akan bilang itu harga mati,” tambah Lukman.
Selain itu, Lukman berharap pada Pilpres 2024 tidak ada politikus yang memainkan politik identitas. Lukman mengingatkan kepada politikus agar tak menghalalkan segala cara demi meraih suara saat pemilu.
“Melihat dari pengalaman pilpres kemarin bagaimana ada sebagian kelompok membawa politik identitas agama cukup kencang sehingga berbahaya bagi negara yang bhineka, yang plural. Jadi jangan sampai terjadi lagi di tahun ini,” jelas Lukman.
Untuk diketahui, setelah deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, terjadi banyak pro kontra di tengah masyarakat terkait etika politik Anies dan Muhaimin.
Anies jelas tidak beretika saat tidak memberitahukan kepada Partai Demokrat dan PKS terkait pemilihan Muhaimin sebagai cawapres atau secara sepihak meminang Muhaimin.
Sedangkan, Muhaimin tak beretika saat menerima pinangan Anies, karena di satu sisi PKB masih menjadi bagian dari koalisi bersama Gerindra, Golkar dan PAN.