Tajukpolitik – Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai peluang Partai Demokrat membentuk poros baru bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dinilai kecil.
Hal tersebut ia sampaikan menaggapi pidato politik Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang menegaskan pihaknya mencabut dukungan kepada Anies Baswedan dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (4/9).
“Peluang Partai Demokrat membentuk poros baru bersama PPP dan PKS tampaknya relatif kecil,” sebut Jamiluddin, Selasa (5/9).
Menurut Jamiluddin, saat ini pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono lebih condong ke PDIP. Sebab, PPP masih menjadi bagian dari koalisi pemerintah.
Selain itu, PPP dinilai belum siap membentuk poros baru bersama Partai Demokrat dan PKS yang dipersepsi sebagai partai oposisi. Hal itu diperkuat dari tidak mandirinya Mardiono dalam mengambil keputusan strategis.
“Khususnya urusan capres dan cawapres, Ketum PPP tampaknya masih nurut arahan Istana,” ungkap Jamiluddin.
Ia menuturkan PKS juga diyakini bertahan mengusung Anies Baswedan. Terlebih, Anies juga kerap melekat pada petinggi PKS.
“Hal itu dipertegas oleh petinggi PKS yang akan setia bersama Anies,” ucap Jamiluddin.
Untuk diketahui, wacana membentuk poros baru koalisi pada Pilpres 2024 terlontar setelah Anies Baswedan mendeklarasikan diri sebagai Capres dan Cawapres bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar.
Setelah acara deklarasi yang dilakukan secara sepihak tersebut menimbulkan polemik yang akhirnya membuat Partai Demokrat menarik dukungan kepada Anies.
Dalam pidatonya, Ketua Umum Partai Demokrat, AHY, mengatakan Demokrat ada tiga kemungkinan yang terjadi pada Demokrat.
Pertama, bergabung dengan PDIP mendukung Ganjar Pranowo. Kedua, mendukung Prabowo Subianto. Ketiga, membentuk poros baru.