TajukPolitik – Semakin lengketnya hubungan Partai Demokrat dan PDI Perjuangan (PDIP) membuat Partai NasDem ketar-ketir kehilangan rekan koalisi.
Parpol besutan Surya Paloh itu khawatir sikap PDIP yang terus mepet Demokrat untuk mengganggu koalisi partai pengusung Capres Anies Baswedan yang terdiri dari NasDem, Demokrat dan PKS.
Hubungan Demokrat dan PDIP belakangan ini semakin mesra. Bahkan, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto menyebut, kedua partai sering berkabar pasca pertemuan Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Melihat kedekatan kedua parpol ini, Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie buka suara. Menurut dia, parpol memang harus menjaga hubungan baik dengan siapapun dan partai apapun. Menurut dia, dalam politik, khususnya berbangsa dan bernegara, tidak boleh membatasi diri. Terlebih, jika satu pihak menolak pihak lain dalam menjalin komunikasi.
Namun, kata dia, ketika komunikasi itu dimaksudkan untuk mengganggu silaturahmi yang telah terjalin, tentu sangat tidak etis.
“Koalisi itu soal kesamaan misi, visi, selera, kecocokan, dan mungkin ada kesamaan kepentingan. Kalau tujuannya untuk mengganggu hukumnya haram,” tegasnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan Partai Demokrat berpotensi akan meninggalkan Koalisi Perubahan untuk bekerja sama dengan PDIP pada Pilpres 2024
“Bisa saja dalam situasi terpaksa, Partai Demokrat merapat ke PDIP. Tapi, Demokrat sejauh ini tidak memiliki catatan meninggalkan koalisi di tengah jalan,” ujarnya yang dikutip senin, (10/7).
Namun menurutnya hal tersebut terjadi, besar kemungkinan bukan soal Cawapres. Melainkan, soal penyelamatan partai. Bisa saja karena, Partai Demokrat sedang menghadapi tekanan.
“Misalnya, terkait manuver pihak tertentu yang ingin menyabotase Demokrat,” jelas dedi.
Menurutnya, bisa saja ada pilihan bagi Demokrat, untuk keluar dari Koalisi Perubahan. Jika itu dilakukan, sangat mungkin Demokrat terbebas dari gangguan tersebut dan tetap bisa ikuti Pemilu 2024.
“Dari pertemuan dengan PDIP, Demokrat ingin menunjukkan, punya kawan yang kuat, yakni PDIP. Sehingga, siapa pun perlu menakar dua kali jika ingin menyabotase Demokrat,” tuturnya.
Situasi hari ini, menurut Dedi, semua partai sebenarnya tidak dalam posisi aman. Sehingga, saling membangun komunikasi bisa membuat koalisi cair demi keselamatan masing-masing. Termasuk Demokrat yang bisa saja menyelamatkan diri dengan merapat ke PDIP.
Apalagi pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Puan Maharani adalah inisisasi dari PDIP. Artinya PDIP ingin membuka kerjasama dengan Demokrat pada Pilpres 2024 mendatang.
“Saya menilai, pertemuan itu inisiasi PDIP untuk menggali potensi kerja sama. Orientasinya jika bukan untuk mencari titik lemah Koalisi Perubahan, adalah untuk penjajakan kemungkinan kerja sama pada putaran kedua Pilpres,” ujarnya.
Dirinya menegaskan bahwa kemungkinan kerjasama anata demokrat dan PDIP sangat mungkin terjadi.
“Iya, masih ada. Apalagi, saya menilai, PDIP tidak ingin ikut dianggap andil memusuhi Koalisi Perubahan,” tukas Dedi.