TajukPolitik – Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai pernyataan bakal calon presiden PDIP Ganjar Pranowo yang mengatakan akan koreksi berbagai program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dirasa kurang pas jika terpilih sebagai presiden di Pilpres 2024.
Menurut Trubus, dari pernyataan itu, terlihat ada sinyal bahwa Ganjar tidak sepenuh hati ingin melanjutkan program Jokowi.
Lebih dari itu, Trubus merasa yakin jika Ganjar belum tentu akan melanjutkan proyek besar Ibu Kota Negara (IKN) yang berada di Kalimantan Timur. Meski, proyek tersebut telah progres 23,2 persen.
“Saya yakin IKN itu Pak Ganjar belum tentu akan melanjutkan. Karena itu proyek tidak populis, belum tentu Pak Ganjar terpilih kembali periode kedua,” ujar Trubus di Jakarta, Minggu (30/7).
“Pesimistis, kelihatan bimbang atau galau,” kata Trubus.
Diketahui, Ganjar melontarkan pernyataan itu saat ditanya soal hasil survei lembaga Australia, Utting Research, yang menunjukkan hanya 18 persen responden ingin kandidat capres melanjutkan program pemerintahan Jokowi.
Ganjar mengatakan akan koreksi program Jokowi jika ada yang tidak pas.
“Kecuali kalau ada yang tak benar kita hentikan, kecuali ada yang tak pas, kita koreksi,” kata Ganjar di Kuningan City, Jakarta, Sabtu (29/7).
Namun, dia menyebut tak serta merta progam pemerintah Jokowi akan diberhentikan.
Pengamat yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai pernyataan Ganjar itu bisa membuatnya makin dijauhi oleh Presiden Jokowi. “Dengan statement itu, justru Ganjar akan semakin dijauhi Jokowi,” kata Dedi, dikutip pada Senin, 31, Juli 2023.
Dia menganalisa jika maksud Ganjar jadi bagian manuver strategi komunikasi publik demi menarik pemilih Anies Baswedan maka berpotensi menimbulkan friksi. Hal itu dikhawatirkan berpengaruh terhadap konversi job approval rating Jokowi yang tinggi.
Dedi mengatakan, persepsi pengoreksi kebijakan Jokowi dinilai bagian mirip dengan yang digaungkan Anies Baswedan. Tapi, hal itu justru akan merugikan Ganjar sebagai kandidat capres.
“Situasi itu membuat Ganjar mencoba bermanuver, tetapi ia terlambat, karena koalisi,” jelas Dedi.