Tajukpolitik – Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menyebut bergabungnya PAN, Golkar, PKB dan Gerindra untuk dukung Prabowo Subianto sulit untuk tidak menyatakan jika tidak ada campur tangan Presiden Jokowi.
Ray pun mempertanyakan mengapa Jokowi tega tehadap Ganjar dan PDIP dengan membiarkan PAN dan Golkar bergabung dengan PKB dan Gerindra untuk dukung Prabowo.
“Sikap PDIP yang terlihat butuh tak butuh pada dukungan pihak lain terhadap pencapresan Ganjar. Mereka berkutat di kalangan mereka sendiri, sembari abai pada upaya menarik dukungan politik formal dari partai atau kekuatan lain. Tentu, termasuk di dalamnya, menarik asosiasi Jokowi dengan Ganjar. Yang akhirnya di isi oleh Prabowo dengan pak Jokowi,” jelas Ray, dalam keterangannya, Senin (14/8).
Kemudian dikatakan Ray pernyataan-pernyataan yang jelas mengandung sikap negatif publik terhadap Ganjar, terus diproduksi.
“Khususnya kata ‘petugas partai’. Kata ini berulang disampaikan dan jelas tidak strategis disebutkan jelang pilpres, seperti saat ini. Dalam bahasa lain, PDIP mendegradasi sendiri simpati dan kesukaan masyarakat atas capres mereka,” ujar Ray.
Ray melanjutkan dan efek kedua itu juga berimbas pada pandangan orang pada Ganjar sebagai capres. Ganjar sebagai asosiasi Jokowi dan milik rakyat makin jauh.
“Berganti dengan Ganjar milik PDIP dan hanya PDIP yang berhak mengaturnya. Jelas, menjadikan Ganjar sebagai milik partai akan menjauhkan pemilih darinya. Pemilih butuh wajah capres yang lebih independen dari kekuatan atau dominasi partai,” ungkap Ray.
Ray lantas mempertanyakan, apakah dengan situasi ini sikap PDIP akan makin berjarak dan keras terhadap Jokowi?.
“Besar kemungkinan hal itu akan jadi pilihan PDIP. Alias, akan terjadi babak baru dalam hubungan PDIP dengan pak Jokowi. Saya kira, dalam peta ini, bukan lagi Jokowi vs elit PDIP tapi akan menjelma menjadi PDIP sebagai partai. Bahkan tidak menutup kemungkinan juga akan melibatkan pemilih Ganjar yang kecewa pada sikap pak Jokowi,” kata Ray
Ray melanjutkan ia meyakini bahwa Jokowi telah memikirkan hal tersebut dalam-dalam.
“Bahwa beliau potensial akan kehilangan basis tradisionalnya. Bahkan basis emosionalnya. Dalam hal inilah akan menarik melihat hubungan Jokowi dengan PDIP yang makin rapuh,” tutur Ray.
“Hubungan tak harmonis ini akan ditambah dengan kekuatan yang selama ini berseberangan dengan pak Jokowi. Artinya, kekuasaan pak Jokowi dalam setahun ke depan akan mengalami sedikit guncangan,” pungkas Ray.