TajukPolitik – Janji menggratiskan bahan bakar minyak (BBM) yang dilontarkan Bacawapres Muhaimin Iskandar alias Cak Imin jika menang Pilpres 2024 dianggap sebagian masyarakat hanya isapan jempol belaka.
Politikus senior Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin bahkan menilai janji Cak Imin itu hanyalah khayalan saja.
“Janji BBM gratis, ibarat janji politisi ingin bangun jembatan, padahal sesungguhnya sungainya tidak ada,” kata Didi kepada wartawan, Minggu (10/9).
Menurutnya, masyarakat sudah bosan dengan janji para politisi yang kerap tidak dipenuhi. Oleh sebab itu, dia meminta agar membuat janji kepada masyarakat yang realistis.
“Masyarakat sudah jenuh dengan janji-janji surga. Buatlah janji yang realistis. Sejatinya hari ini masyarakat perlu sarana pendidikan, kesehatan dan juga harga-harga kebutuhan hidup yang lebih terjangkau,” kata Didi.
Didi menilai, janji menggratiskan BBM sangat membodohi rakyat.
“Janji-janji muluk, seperti janji gratiskan BBM sama saja berusaha melakukan pembodohan terhadap rakyat. Rakyat Indonesia sudah pintar. Pasti akan tertawa jika tetap janji buat jembatan, padahal sungainya tidak ada,” ujar Didi.
Didi mengatakan, slogan perubahan untuk perbaikan tentu bermakna yang realistis. Program pemerintah yang baik perlu dilanjutkan pemerintah setelah kepemimpinan Jokowi.
“Apa-apa yang sudah baik oleh pemerintah sebelumnya harus dilanjutkan. Tetapi apa-apa yang masih buruk tentu harus dikritisi untuk diperbaiki dan berikan solusinya,”demikian Didi.
Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda memberikan penjelasan lebih lanjut terkait wacana bahan bakar minyak atau BBM gratis jika Ketumnya Muhaimin Iskandar atau Cak Imin terpilih di 2024. Huda menyebut BBM bukan gratis tetapi semurah-murahnya dan tersegmentasi untuk kalangan masyarakat tertentu.
Huda awalnya memberikan penjelasan terkait perbaikan skema subsidi lantaran pemakaian subsidi BBM yang saat ini tidak tepat sasaran. Dia menyebut kebanyakan subsidi BBM lari ke pengguna mobil dan pabrik-pabrik.
“Ini kami menyebutnya perbaikan skema subsidi BBM yang selama ini bocor dan kurang tepat sasaran, masih dipakai di pabrik-pabrik, masih dipakai oleh orang-orang yang semestinya tidak menggunakan subsidi BBM itu,” kata Huda dalam keterangannya, Senin (11/9).