TajukPolitik – Presiden ke-6 RI sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, pada Senin (2/10) sore.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komaruddin memaknai pertemuan SBY dengan Jokowi sebagai silaturahmi guna menjajaki segala kemungkinan yang ada kedepannya.
Yang pertama, menurut Ujang, bisa jadi Presiden Jokowi ingin belajar dari SBY bagaimana mengakhiri jabatan sebagai pemimpin negara secara “soft landing”.
Sebab Ujang melihat dengan kondisi saat ini agak berat bagi Jokowi untuk mengakhiri jabatannya nanti di 2024 dengan aman.
“Saya sih melihat Jokowi ingin kelihatannya ingin belajar dari SBY soal landing, artinya ketika dulu SBY landing 2014 itu kan smooth, aman, walaupun ketika itu SBY sudah mempersiapkan landingnya setahun terakhir,” kata Ujang, Selasa (3/10).
Yang kedua, kata Ujang, memaknai pertemuan itu mungkin saja membahas isu-isu strategis, terutama urusan pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Diketahui, Partai Demokrat memberikan dukungannya kepasa Ketum Gerindra Prabowo Subianto menjadi kontestan di pilpres 2024.
“Apakah memang Jokowi dukung Prabowo atau tidak? bisa iya juga bisa tidak. Kecenderungan dukung Prabowonya sih tinggi, dilihat dari tanda sinyal-sinyal politik yang ada, salah satunya Kaesang jadi ketua umum PSI,” ucap Ujang.
Ujang juga tak menampik bahwa pada pertemuan ini mungkin membahas isu perombakan kabinet atau reshuffle.
Adapun isu reshuffle ini muncul ke permukaan di tengah kasus hukum yang diduga melibatkan menteri di Kabinet Indonesia Maju.
“Kalau reshuffle itu hak prerogatif presiden kalau pun seandainya ada reshuffle, apakah Demokrat bisa masuk kabinet? Saya sih melihatnya bisa iya bisa juga tidak, karena yang tahu itu hanya Jokowi dan Tuhan,” pungkasnya.