Ia menyoroti pentingnya peran aktif Perum Bulog dalam menjaga stabilitas harga dengan menyerap gabah petani secara optimal, terutama saat panen raya. Johan juga mendorong agar Kementerian Pertanian tidak hanya mengejar volume, tetapi memperkuat aspek keberlanjutan produksi.
“Tahun ini Bulog punya target menyerap 3 juta ton. Komisi IV DPR akan memperketat pengawasan agar penyerapan ini benar-benar berpihak pada petani,” ujarnya.
Johan juga melihat peluang baru bagi Indonesia dalam tatanan geopolitik pangan regional. Surplus beras membuka ruang diplomasi baru sekaligus memperbesar pengaruh Indonesia dalam menstabilkan pasokan dan harga pangan di ASEAN.
“Dengan Indonesia tak lagi tergantung pada impor besar, negara-negara eksportir mulai tergeser. Ini kesempatan bagi kita untuk ambil peran sebagai pemimpin regional dalam stabilisasi pangan,” jelasnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa ketahanan pangan sejati tidak cukup hanya dengan angka surplus. Yang jauh lebih penting, menurutnya, adalah membangun sistem pertanian yang berpihak pada petani, efisien dari hulu ke hilir, dan mampu bertahan dalam tekanan global.
“Kita harus jadikan momen ini bukan sekadar prestasi sesaat, tapi pondasi menuju kedaulatan pangan yang berkeadilan dan berkelanjutan,” pungkasnya.