Presiden juga menambahkan bahwa potensi kerugian akibat praktik-praktik tersebut bisa mencapai Rp100 triliun per tahun, yang menurutnya seharusnya bisa digunakan untuk membangun sektor vital seperti pendidikan.
“Kalau kita tertibkan ini, kita punya Rp100 triliun setiap tahun. Dengan dana sebesar itu, kita bisa memperbaiki 100 ribu sekolah, sementara tahun ini hanya mampu memperbaiki 11 ribu sekolah dengan anggaran 19 triliun. Dalam tiga setengah tahun, kita akan memperbaiki seluruh sekolah di Indonesia,” ungkap Presiden.
Presiden Prabowo juga memperkenalkan istilah baru, “serakahnomics,” untuk menggambarkan pola ekonomi yang terlalu mengutamakan keuntungan tanpa mempertimbangkan kepentingan sosial dan keadilan. Kepala Negara mengkritik model ekonomi yang tidak sejalan dengan semangat keadilan dan kesejahteraan yang tercantum dalam konstitusi.
“Ada banyak istilah untuk mazhab ekonomi, mulai dari ekonomi liberal, neoliberal, hingga ekonomi pasar bebas. Tetapi ini berbeda. Saya beri nama ini ‘serakahnomics.’ Ini adalah serakahnomics,” jelas Presiden Prabowo.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa meskipun teknologi seperti laboratorium mutu dan kecerdasan buatan dapat membantu dalam melacak praktik curang di sektor distribusi pangan, kekuatan utama bangsa terletak pada keberanian menegakkan Pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan hukum utama.
“Saya yakin seluruh MPR, DPD, dan DPR akan mendukung saya. Saya yakin semua kepala desa di seluruh Indonesia akan bersama saya. Mari kita tegakkan kebenaran dan keadilan. Kepentingan bangsa dan rakyat harus diutamakan di atas segala kepentingan lainnya. Jangan lihat partai atau kelompok, yang kita lihat hanya merah putih,” tegas Presiden Prabowo dengan penuh optimisme.
IKUTI BERITA TERBARU TAJUK NASIONAL, MELALUI MEDIA SOSIAL KAMI