Salah satu terobosan Kementerian Transmigrasi adalah Program Transmigrasi Patriot yang secara aktif melibatkan mahasiswa dan generasi muda dalam riset, pendampingan, dan pembangunan desa. Program ini menciptakan ruang belajar kontekstual di mana anak muda bisa belajar sekaligus memimpin, berwirausaha, dan memberdayakan masyarakat secara langsung.
“Transmigrasi modern diarahkan untuk membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru, bukan hanya yang produktif secara ekonomi, tetapi juga kuat secara sosial dan kompetitif secara global,” tegasnya.
Kementerian Transmigrasi juga tengah menjalin kolaborasi erat dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset nasional. Pendekatan interdisipliner ini menyatukan pendidikan, industrialisasi, dan pemerataan pembangunan dalam satu strategi nasional menuju Indonesia Emas 2045.
“Kami percaya pendidikan berlangsung di ladang, pasar, dan ruang interaksi sosial. Kawasan transmigrasi adalah laboratorium kehidupan,” kata Mentrans Iftitah.
Menutup kuliah umum, ia menyerukan kepada mahasiswa, “Tinggal di kota besar? No! Bangun perkotaan baru? Yes!”
Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria, menyambut positif pendekatan baru Kementerian Transmigrasi. Ia mendorong mahasiswa IPB untuk aktif dalam Gerakan Transmigrasi Patriot sebagai bentuk keterlibatan nyata dalam pembangunan bangsa.
“Program ini mencerminkan mentalitas pembelajar sejati. Semua orang bisa jadi guru, semua tempat adalah ruang belajar,” ujar Prof. Arif.
Wakil Rektor Universitas Indonesia, Prof. Mahmud Subandriyo, juga menyatakan kesiapan UI mendukung program transmigrasi yang berorientasi pada kemandirian, kewirausahaan, dan industrialisasi kawasan.
Dengan semangat Hardiknas 2025, Kementerian Transmigrasi mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun pendidikan yang berakar, membentuk karakter, dan membangun negeri dari pinggiran menuju pusat.