“Ini bukan hanya ancaman ekologis, tapi juga berdampak pada jutaan penduduk yang tinggal di kawasan pesisir. Bisa dikatakan ini adalah double threat yang harus diantisipasi dengan strategi luar biasa,” jelasnya.
Rencana pembangunan Giant Sea Wall bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi juga bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan nasional, terutama di kawasan strategis seperti Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi negara.
Menko AHY menambahkan bahwa keterlibatan TNI Angkatan Laut sangat penting dalam proses perencanaan dan pelaksanaan proyek ini, terutama dalam memastikan aspek pertahanan dan keamanan turut diperhitungkan.
“TNI AL harus dilibatkan dalam memberikan masukan soal kawasan pesisir, jalur pelayaran, dan kebutuhan pertahanan. Karena proyek ini bukan hanya urusan sipil, tapi juga urusan kedaulatan maritim,” tegas AHY.
Dalam kegiatan Sunmori tersebut, hadir pula Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Muhammad Ali, Wakil KSAL Laksdya TNI Erwin S. Aldedharma, serta Staf Khusus Menko, termasuk Si Made Rai Edi Astawa, Sigit Raditya, dan Jovan Latuconsina.
Pembangunan Giant Sea Wall diharapkan tidak hanya menjadi solusi jangka panjang atas krisis lingkungan di Jakarta, tetapi juga menjadi simbol kesiapan Indonesia menghadapi tantangan perubahan iklim global dan urbanisasi pesisir.