TAJUKNASIONAL.COM – Kementerian Transmigrasi menegaskan bahwa pembangunan kawasan transmigrasi harus dilakukan dengan melibatkan sinergi berbagai pihak, bukan secara terpisah. Hal ini terutama melibatkan penggabungan kekuatan antara sektor pendidikan dan teknologi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman Suryanagara, saat menjadi pembicara di acara Indonesia Punya Kamu yang diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor beberapa waktu lalu.
Menteri Iftitah menekankan bahwa saat ini transmigrasi tengah berfokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan baik bagi transmigran maupun masyarakat di kawasan transmigrasi. Salah satu program unggulan yang digulirkan adalah Tim Ekspedisi Patriot (TEP), yang melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul. Para SDM ini tidak hanya memiliki pengetahuan yang mumpuni, tetapi juga keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan riset, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di kawasan transmigrasi.
“Program TEP bertujuan untuk mendampingi masyarakat transmigrasi agar mereka dapat memahami kekayaan sumber daya alam yang ada dan bagaimana cara memanfaatkannya dengan bijak. Kami ingin mereka tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam, tetapi lebih penting lagi adalah memastikan keberlanjutan (sustainability), yakni agar masyarakat bisa mendapatkan manfaat tanpa merusak lingkungan,” ujar Menteri Iftitah.
Menurut Menteri Iftitah, pengembangan kawasan transmigrasi tidak hanya membutuhkan dukungan investasi, tetapi juga jaringan global yang mendukung. Pendidikan berbasis teknologi merupakan salah satu kunci utama untuk melahirkan SDM unggul yang mampu beradaptasi dengan tantangan dunia modern.
“Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya generasi muda di kawasan transmigrasi. Manfaatnya sangat jelas, yaitu agar anak-anak muda di kawasan transmigrasi terkoneksi dengan dunia global. Indonesia sudah dua kali melahirkan peneliti yang meraih Nobel, melalui penelitian tentang penyakit beri-beri dan penelitian mengenai SD Inpres. Kami berharap ke depan, Nobel tersebut bisa lahir dari Indonesia,” tambahnya.
Melalui sinergi antara pendidikan, teknologi, dan investasi, diharapkan kawasan transmigrasi dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru. Tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, tetapi juga berkontribusi pada prestasi Indonesia di kancah internasional.
“Dunia penelitian itu sangat luas, begitu juga pembangunan kawasan ekonomi. Pembangunan tidak bisa dilakukan sendirian. Kami ingin para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di kawasan transmigrasi. Namun, investor akan memilih untuk berinvestasi jika mereka yakin usaha mereka akan berhasil,” ujarnya.
Menteri Iftitah juga berharap Tim Ekspedisi Patriot dapat terkoneksi dengan jaringan global, yang pada gilirannya membuka peluang untuk riset dan inovasi di kawasan transmigrasi. Dengan demikian, para investor akan semakin yakin untuk menanamkan modal, karena adanya SDM terdidik dan ekosistem berbasis teknologi yang akan mempercepat perkembangan kawasan transmigrasi dan meningkatkan daya saingnya.
IKUTI BERITA TERBARU TAJUK NASIONAL, MELALUI MEDIA SOSIAL KAMI