Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 59,1 juta m³ dan dirancang untuk mengairi Daerah Irigasi (DI) seluas 63.774 Hektare (Ha). DI Karangnongko Kiri (Kabupaten Blora) memiliki luas 1.746 Ha dengan debit 2,85 m³/detik, sementara DI Karangnongko Kanan (Kabupaten Bojonegoro) seluas 5.203 Ha dengan debit 7,90 m³/detik.
Selain itu, Bendungan Karangnongko juga diproyeksikan untuk menyuplai air ke kawasan Solo Valley Werken, yang mencakup jaringan irigasi yang mengalir dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, hingga Surabaya, dengan luas 62.000 Ha. Sistem irigasi teknis yang dirancang akan memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo untuk memastikan suplai air yang optimal, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan hasil panen tiap tahun.
Bendungan Karangnongko juga dirancang untuk memberikan manfaat lain, seperti menambah cadangan air baku sebesar 1.150 liter/detik untuk Kabupaten Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Tuban, yang diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan air minum bagi 270.305 jiwa. Dengan luas genangan 1.026,55 Ha, bendungan ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir dengan mereduksi debit banjir sekitar 760 Ha, khususnya di wilayah hilir Kabupaten Lamongan yang selama ini mengandalkan bendung-bendung lain seperti Bendung Gerak Bojonegoro, Bendung Gerak Babat, dan Bendung Gerak Sembayat.
Kepala BBWS Bengawan Solo, Gatut Bayuadji, menambahkan bahwa Bendungan Karangnongko juga memiliki potensi lain, seperti sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 1 Mega Watt. Selain itu, bendungan ini juga berpotensi menjadi destinasi wisata berbasis air dan kuliner yang sejalan dengan pengembangan kawasan berbasis ekonomi lokal di Kabupaten Bojonegoro dan Blora.
“Nantinya, Bendungan Karangnongko akan menjadi salah satu daya tarik wisata, sambil mendukung pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan,” kata Gatut.
IKUTI BERITA TERBARU TAJUK NASIONAL, MELALUI MEDIA SOSIAL KAMI
