TAJUKNASIONAL.COM — Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya mendorong pembentukan Dinas Ekonomi Kreatif di tingkat daerah untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif (ekraf) nasional. Hal ini disampaikannya saat menerima kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Dalam pertemuan tersebut, hadir Senator dari berbagai wilayah, antara lain Azhari Cage (Aceh), Alfiansyah Komeng (Jawa Barat), Achmad Azran (DKI Jakarta), Bustomi Zainudin (Lampung), Bisri As Shiddiq (Maluku), dan Adib Fuad (Papua Selatan).
“Kami berharap struktur organisasi di daerah bisa segera menyertakan nomenklatur ekonomi kreatif, baik sebagai bagian dari dinas yang sudah ada maupun sebagai dinas mandiri. Ini penting untuk mempercepat pertumbuhan sektor ekraf di daerah,” ujar Menteri Teuku Riefky, dikutip dari siaran pers Kemenekraf, Selasa (22/4).
Saat ini, dari 38 provinsi di Indonesia, baru 8 yang memiliki nomenklatur ekonomi kreatif dalam struktur OPD. Sementara di tingkat kabupaten/kota, baru 13 dari 416 kabupaten dan 5 dari 98 kota yang memiliki struktur serupa.
Guna mempercepat pembentukan OPD Ekraf di daerah, Kementerian Ekraf bersama Kementerian Dalam Negeri telah menandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pedoman Pembentukan Dinas Ekraf. Menekraf meminta dukungan DPD untuk menyosialisasikan SKB tersebut ke daerah masing-masing.
“Dengan sinergi ini, kita bisa membangun ekonomi kreatif dari daerah, mendorong penguatan kelembagaan, dan mendampingi setiap langkah yang diperlukan,” tegas Riefky.
Ia juga menjelaskan bahwa Kemenekraf telah banyak berkolaborasi dengan pemilik IP lokal yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah secara langsung (multiplier effect). Untuk itu, dukungan DPD sangat penting dalam mengarusutamakan ekraf di berbagai wilayah.
Respon positif datang dari para senator. Azhari Cage menyebut paparan Menekraf membuka cakrawala baru tentang pentingnya ekonomi kreatif. Senator Alfiansyah Komeng menyoroti pentingnya membangkitkan kembali ruang-ruang seni pertunjukan lokal.
“Dulu setiap kota punya gedung kesenian yang aktif memberi tontonan publik tiap akhir pekan. Saya harap itu bisa dihidupkan lagi,” ujar Komeng.
Sementara itu, Bisri As Shiddiq dari Maluku menekankan pentingnya inovasi dan kompetisi kreatif untuk memperkenalkan potensi daerah, seperti Tenun Tanimbar, melalui festival film sejarah atau ajang musik lokal.