Selasa, 24 Juni, 2025

DPR Ingatkan Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Risiko Kenaikan Harga Energi Akibat Konflik Iran-Israel

“Produksi kita masih rendah, sementara kebutuhan terus meningkat. Ini yang membuat kita sangat bergantung pada impor,” jelasnya.

Ia juga mencermati bahwa peningkatan produksi yang berhasil dicapai saat ini lebih dominan pada sektor gas, bukan minyak mentah. Padahal, kebutuhan utama energi dalam negeri masih sangat bergantung pada crude oil.

“SKK Migas memang terus mendorong pengembangan, tapi sebagian besar capaian terbaru datang dari sektor gas. Untuk minyak, masih butuh waktu dan temuan baru,” tambahnya.

Dony berharap ada penemuan ladang minyak baru agar lifting bisa sedikit meningkat pada 2026 menjadi sekitar 610–615 ribu barel per hari. Namun, ia mengakui bahwa eksplorasi migas bukan proses instan—pengembangannya membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Dalam konteks global, Selat Hormuz sebagai jalur utama distribusi energi dunia kembali menjadi titik panas. Sekitar 20% minyak dan gas alam cair dunia melewati selat ini. Setiap gangguan di kawasan tersebut akan meningkatkan ongkos distribusi dan mendorong inflasi di banyak negara.

“Kalau distribusi terganggu, otomatis harga naik, dan Indonesia sebagai importir akan terkena dampaknya. Kita harus siapkan mitigasi sejak dini,” tegas Dony.

Ia juga menekankan pentingnya efisiensi anggaran dan pengelolaan subsidi energi agar tidak menjadi beban fiskal di tengah lonjakan harga internasional.

“Harapan kita, dampaknya tidak terlalu berat. Tapi tetap, kewaspadaan dan antisipasi harus dilakukan sejak sekarang,” tutupnya.

Klik Disini

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini