Aprozi juga mengkritik keterlambatan penerbangan yang dialami jemaah, terutama karena minimnya pesawat cadangan di sejumlah embarkasi Indonesia.
“Seharusnya ada antisipasi. Tapi saat jadwal terganggu, tidak ada back-up yang cukup. Ini sangat merugikan jemaah,” katanya.
Di sisi lain, proses kepulangan jemaah juga terganggu oleh antrean panjang di bandara Jeddah dan Madinah.
“Pesawat harus tunggu izin dari otoritas udara Saudi. Ini menyebabkan delay yang tidak sedikit,” tambahnya.
Meski menyampaikan kritik keras, Aprozi juga mengajak jemaah untuk tetap menjaga niat ibadah dan tidak mudah menyebarkan keluhan di media sosial.
“Jangan sampai kita fokus pada hal-hal teknis dan lupa ini adalah ibadah. Kalau ada kekurangan, sabar dan lapor ke petugas, jangan langsung diviralkan,” imbaunya.
“Kalau makan tidak sesuai harapan, jangan langsung direkam dan disebar. Bisa jadi itu ujian,” lanjutnya.
Menutup keterangannya, Aprozi meminta Kemenag segera menggelar evaluasi menyeluruh, termasuk membahas kemungkinan relaksasi teknis yang bisa diterapkan tahun depan.
“Kita tidak mencari kesalahan, tapi mencari solusi. Evaluasi ini harus jadi prioritas, demi pelaksanaan haji tahun depan yang lebih tertib, nyaman, dan berorientasi pada pelayanan,” pungkasnya.