TajukNasional Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menepis anggapan bahwa dirinya memaksa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meninggalkan karier militernya demi terjun ke dunia politik.
“Banyak yang mengira saya memaksa, tapi 100 persen tidak. Kami tahu risikonya,” ujar SBY dalam wawancara eksklusif dengan Pemimpin Redaksi SCTV-Indosiar, Retno Pinasti, seperti dikutip dari kanal YouTube Liputan6, Senin (10/2).
AHY diketahui mengundurkan diri dari TNI Angkatan Darat pada September 2016 untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta. Saat itu, ia berpangkat Mayor dan disebut-sebut berpotensi dipromosikan menjadi Letnan Kolonel.
Menurut SBY, keputusan AHY mundur dari militer bukanlah hal yang mudah. Kala itu, muncul dorongan dari berbagai kekuatan politik yang ingin mengusungnya sebagai calon gubernur.
“Saat itu ada sejumlah partai politik yang ingin mencalonkan AHY sebagai gubernur Jakarta. Keputusan ini tentu berat,” ungkap SBY.
SBY dan mendiang istrinya, Ani Yudhoyono, memilih untuk tidak campur tangan dan membiarkan AHY serta istrinya, Annisa Pohan, mempertimbangkan keputusan tersebut secara matang.
“Saya dan Ibu Ani mengambil posisi pasif. Saya panggil Agus dan Annisa, saya bilang, ‘Ini situasinya, tolong pikirkan baik-baik.’ Akhirnya mereka melakukan istikharah semalaman sebelum mendaftarkan diri,” tutur SBY.
Keputusan AHY untuk beralih ke dunia politik sempat membuat Ani Yudhoyono menangis, mengingat risiko besar yang harus dihadapi, terutama jika gagal dalam kontestasi politik.
“Sejarah menakdirkan dia kalah. Setelah itu, dia belajar banyak. Selama delapan tahun di politik, dia mengalami pasang surut yang tidak mudah,” kata SBY.
Meski demikian, SBY percaya bahwa perjalanan AHY merupakan bagian dari ujian hidup yang membentuk karakter dan kepemimpinannya.
“Hidup tidak selalu indah, termasuk di dunia politik. Ini adalah cara Tuhan mendidik AHY,” pungkasnya.