TAJUKNASIONAL.COM – Jenderal (Purn) Tito Karnavian adalah sosok yang memadukan ketegasan polisi lapangan dengan kecendekiaan seorang intelektual.
Namanya melejit bukan hanya karena kiprahnya di kepolisian, melainkan juga kepercayaan yang berulang kali diberikan presiden untuk mengemban jabatan strategis.
Setelah menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) pada Kabinet Indonesia Maju 2019–2024, Tito kembali dipercaya Presiden Prabowo Subianto menjabat posisi yang sama di Kabinet Merah Putih periode 2024–2029.
Masa Kecil dan Pendidikan
Lahir di Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober 1964, Tito adalah anak kedua dari enam bersaudara pasangan Achmad Saleh, wartawan RRI, dan Kordiah, seorang bidan.
Sejak kecil, Tito dikenal berprestasi di sekolah. Ia menempuh pendidikan di SD Xaverius IV, SMP Xaverius II, dan SMA Negeri 2 Palembang, hampir selalu meraih peringkat terbaik di kelasnya.
Meski sempat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, FISIP Universitas Gadjah Mada, dan STAN, Tito akhirnya memilih Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang. Keputusannya terbukti tepat. Ia lulus sebagai peraih Adhi Makayasa, penghargaan untuk taruna terbaik, pada 1987.
Karier di Kepolisian
Setelah lulus, Tito bertugas di Polda Metro Jaya dan meniti karier dari bawah. Namanya mulai dikenal publik pada 2001 saat memimpin Tim Kobra yang menangkap Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Atas prestasi itu, ia mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Karier Tito semakin menonjol ketika terjun dalam operasi antiteror. Ia terlibat langsung dalam penumpasan Dr. Azahari (2005) dan Noordin M. Top (2009), dua gembong teroris yang paling dicari saat itu.
Keberhasilannya membuat Tito dipercaya memimpin Detasemen Khusus 88 Antiteror, kemudian ditarik ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Tito juga pernah menjabat Kapolda Papua (2012–2014), Asisten Perencanaan dan Anggaran Kapolri, serta Kapolda Metro Jaya (2015).
Di ibu kota, kepemimpinannya diuji saat menghadapi aksi teror bom di kawasan Thamrin.
Kapolri Termuda
Pada Juli 2016, Tito dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia, menggantikan Jenderal Pol. Badrodin Haiti.
Saat itu, ia berusia 52 tahun, menjadikannya salah satu Kapolri termuda dalam sejarah. Ia bahkan melompati empat angkatan senior di atasnya.
Selama empat tahun, Tito membawa Polri semakin profesional, terutama dalam penanganan kejahatan dan terorisme.
Jejak Akademik
Selain aktif di kepolisian, Tito menaruh perhatian besar pada pendidikan. Ia meraih gelar Master of Arts dalam Police Studies dari University of Exeter, Inggris (1993), dan gelar Master dalam Strategic Studies dari Massey University, Selandia Baru (1998).
Ia juga menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jakarta (1996) dan Lemhannas RI (2011).
Puncaknya, pada 2013 ia menyelesaikan program doktoral di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura. Disertasinya tentang Terrorism and Islamist Radicalization meraih predikat magna cum laude.
Dua Periode Mendagri
Pasca memimpin Polri, Presiden Jokowi menunjuk Tito sebagai Menteri Dalam Negeri di Kabinet Indonesia Maju (2019–2024).
Ia tercatat sebagai Mendagri ke-29 sekaligus yang pertama dari kalangan kepolisian.
Kini, setelah Presiden Prabowo Subianto resmi dilantik pada 20 Oktober 2024, Tito kembali dipercaya mengemban jabatan Mendagri dalam Kabinet Merah Putih periode 2024–2029.
Tugasnya tak ringan: memperkuat tata kelola pemerintahan daerah, sinkronisasi data kependudukan, serta menghadirkan kepastian hukum yang menunjang investasi nasional.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI



