TAJUKNASIONAL.COM Pemerintah menyiapkan dukungan pembiayaan ekspor bagi industri furnitur nasional.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengalokasikan anggaran sebesar Rp2 triliun yang akan disalurkan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) guna memperkuat daya saing ekspor sektor furnitur dan tekstil.
“Sekarang kami siapkan Rp2 triliun untuk perusahaan tekstil maupun furnitur. Jadi, mereka bisa datang ke LPEI, bunganya 6 persen. Itu saya janjikan ke mereka,” kata Purbaya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa.
Purbaya menjelaskan, hingga saat ini volume pembiayaan yang telah disalurkan LPEI masih relatif kecil, yakni sekitar Rp200 miliar.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Alokasikan Rp60 Triliun untuk Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar
Padahal, pelaku usaha furnitur mengusulkan agar dukungan pembiayaan ekspor dapat ditingkatkan hingga Rp16 triliun untuk memaksimalkan potensi pasar global.
Meski demikian, pemerintah baru dapat mengakomodasi sebagian dari usulan tersebut dengan menetapkan batas awal anggaran Rp2 triliun.
Menurut Purbaya, skema ini akan menjadi tahap awal untuk melihat efektivitas pembiayaan murah dalam mendorong kinerja ekspor industri furnitur nasional.
Usulan insentif pembiayaan ini sebelumnya disampaikan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia saat berkunjung ke Kementerian Keuangan pada Jumat (16/12).
Dalam pertemuan tersebut, pengusaha mendorong pemerintah memberikan berbagai insentif, mulai dari pembiayaan hingga deregulasi kebijakan industri.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyebut peluang pasar furnitur global sangat besar dan mencapai sekitar 300 miliar dolar AS.
Namun, kontribusi Indonesia saat ini masih terbatas, yakni sekitar 2,5 miliar dolar AS.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Kucurkan Rp300 Miliar Insentif untuk Daerah Berhasil Tekan Stunting
“Angka ini menunjukkan ruang pertumbuhan yang masih sangat besar bagi industri furnitur nasional,” ujar Anindya dalam kesempatan terpisah.
Selain pembiayaan dan strategi industrialisasi, pengusaha juga menyoroti pentingnya diversifikasi pasar ekspor.
Saat ini, sekitar 60 persen ekspor furnitur Indonesia masih bergantung pada pasar Amerika Serikat.



