TajukPolitik – Pengamat politik Refly Harun menilai Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih meragukan kesetiaan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo karena lebih loyal kepada Jokowi. Sehingga menjadi pertimbangan besar bagi Megawati belum mengumumkan calon presiden (capres) 2024.
Megawati merasa bimbang lantaran Ganjar saat ini menjadi salah satu kader potensial dari PDIP karena elektabilitasnya yang tinggi di berbagai lembaga survei, bahkan mengalahkan Puan Maharani.
“Itulah yang dikhawatirkan oleh Megawati, kenapa kemudian dia agak ragu untuk mendorong Ganjar, pertanyaannya adalah apakah Ganjar lebih setia pada Megawati atau lebih setia pada Jokowi,” ungkap Refly Harun dalam kanal YouTubenya Refly Harun Official yang dikutip tajuknasional.com, Kamis (5/1).
Menurut Refly, Megawati khawatir Ganjar lebih loyal kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tentu akan membahayakan posisinya dan keturunannya di PDIP kelak.
“Apakah Ganjar lebih punya chemistry dengan Jokowi atau dengan Megawati, feeling saya mengatakan Ganjar lebih dekat pada Presiden Jokowi, dan ini membuat Megawati tak nyaman karena kepemimpinan trah Soekarno bisa terancam,” katanya.
Refly Harun mengatakan, Ganjar lebih lihai berpolitik ketimbang Jokowi saat mencalonkan diri sebagai presiden.
Menurut Refly Harun, Ganjar di tahun 2024 mendatang memiliki pengalaman politik lebih banyak daripada Jokowi di tahun 2014 saat mencalonkan diri sebagai presiden.
“Ganjar lebih sophisticated, lebih canggih lebih berkualitas dibandingkan Presiden Jokowi kalau kita lihat kondisi sebelum menjadi presiden,” ujar Refly Harun.
“Saya selalu membandingkan Ganjar 2022 nanti apalagi tahun 2024, itu jauh lebih siap menjadi presiden ketimbang Jokowi di 2014, kalau boleh jujur Ganjar lebih piawai,” tambah Refly.
Menurut pengamat politik ini, kepiawaian Ganjar Pranowo di dunia politik tampak karena sudah memiliki relasi para petinggi saat menjadi DPR RI.
“Karena pengalamannya jauh lebih kaya daripada Jokowi, karena sudah pernah jadi legislator di senayan dan sudah biasa bergaul dengan elite nasional,” kata Refly.
“Beda dengan presiden Jokowi, dia punya keterbatasan bergaul dengan elit nasional dan langsung menjadi presiden sehingga dia tidak sempat mendapat jaringan di elit nasional,” tambahnya.