TajukPolitik – Pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Inflasi 2022 di Istana Negara, Kamis (18/8/2022) lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan harga beras di Indonesia masih jauh lebih murah jika dibandingkan negara lain seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat (AS) dan China.
Namun, menurut Bank Dunia dalam rilis resmi laporan Indonesia Economic Prospect Edisi Desember 2022, menyebut harga beras di Indonesia lebih mahal dari sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara. Indonesia berada di atas Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam. Laporan Bank Dunia menyebut permasalahan tingginya harga beras di Indonesia disebabkan kebijakan pemerintah sendiri.
Bank Dunia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama tingginya harga beras di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga adalah kebijakan dukungan terhadap produsen dengan menaikkan harga produk pertanian pangan. Dari total konsumsi dalam rentang 2011–2020, tingkat efektivitas perlindungan ini mencapai 27 persen.
Menurut Bank Dunia, kebijakan yang menyebabkan harga beras terjaga relatif tetap tinggi tersebut tidak hanya merugikan konsumen. Kebijakan tersebut juga merugikan petani. Sebab, 2/3 dari jumlah petani merupakan pembeli bersih bahan makanan. Mereka secara keseluruhan tidak mendapatkan keuntungan dari harga tinggi tersebut.
Penyebab kedua, yaitu Bank Dunia menemukan bahwa pembatasan impor menjadi salah satu hambatan nontarif yang paling memberatkan. Pembatasan tersebut selaras dengan kebijakan monopoli impor yang diambil untuk menjaga harga pangan tetap tinggi. Bank Dunia menyebut monopoli impor biasanya dilakukan oleh BUMN untuk komoditas utama.
Biaya produksi tinggi pada gilirannya menyebabkan harga pangan turut tinggi. Kondisi global dan dalam negeri turut memengaruhi tingginya biaya produksi pangan. Di tingkat global, kondisi ekonomi global memburuk dan konflik Rusia-Ukraina berkepanjangan.
(dcn)