TajukNasional Presiden RI Prabowo Subianto meresmikan fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) yang mampu menghasilkan emas batangan di smelter Gresik pada Senin (17/3).
Smelter ini dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dan menjadi tonggak penting dalam industri pengolahan mineral di Indonesia.
Prabowo menyatakan bahwa dengan adanya fasilitas ini, bahan baku yang sebelumnya diekspor dalam bentuk mentah kini dapat diolah menjadi produk jadi, memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
“Ini kita kehendaki bahwa bangsa kita tidak hanya akan menjual bahan baku, tapi kita ingin juga menjual barang-barang jadi. Barang-barang produk akhir yang punya nilai tambang yang sangat besar,” ujar Prabowo, Selasa (18/3).
Presiden juga menyoroti bahwa PMR milik PTFI merupakan yang terbesar dalam rantai industri dari hulu ke hilir sebagai satu entitas. Menurutnya, ini merupakan pencapaian besar yang patut disyukuri.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan bahwa PMR ini adalah pabrik emas terbesar di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai US$ 630 juta atau sekitar Rp 10 triliun.
“Produksi emas dari 3 juta konsentrat ini kurang lebih 50-60 ton emas. Jika ditambahkan dengan produksi dari Amman Mineral yang mencapai 18-20 ton emas, maka total produksi dua pabrik ini bisa mencapai 60-70 ton emas per tahun,” ungkap Bahlil.
Meskipun proyek smelter Gresik sempat mengalami kebakaran pada 14 Oktober 2024, PT Freeport Indonesia tetap melanjutkan proses produksi emas batangan melalui fasilitas PMR.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menegaskan bahwa meskipun produksi tembaga sempat terhenti, pemurnian emas dan perak dari lumpur anoda tetap berjalan sejak 30 Desember 2024.
Bahkan, PTFI telah mengirimkan 125 kilogram emas batangan murni kepada PT Antam dan berencana memasok emas sebanyak 30 ton per tahun.
“Saat ini, produksi emas kami bisa mencapai sekitar 2 ton per bulan. Namun, karena pasokan lumpur anoda masih mengandalkan PT Smelting, kapasitas produksi masih sekitar 40 persen dari total kemampuan PMR,” ujar Tony dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI pada Rabu (19/2).
Dengan adanya fasilitas ini, Indonesia semakin maju dalam hilirisasi mineral, memperkuat industri pengolahan logam mulia dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.