TAJUKNASIONAL.COM Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memanas setelah Rusia melancarkan serangan rudal balistik ke ibu kota Ukraina, Kyiv, pada Sabtu (25/10) waktu setempat.
Serangan brutal itu menyebabkan sedikitnya delapan orang terluka dan menimbulkan kerusakan parah di sejumlah distrik.
Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, melaporkan serangan tersebut terjadi pada pagi hari dan memicu ledakan besar di beberapa wilayah kota.
“Ledakan di ibu kota. Kota ini di bawah serangan balistik,” kata Klitschko melalui pesan di Telegram, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (25/10).
“Saat ini ada 8 orang terluka di ibu kota,” lanjutnya.
Baca Juga:Â Kementerian PU Mulai Bangun 2 Sekolah Indonesia di Arab Saudi untuk WNI
Menurut Klitschko, sejumlah bangunan dan rumah warga di beberapa distrik rusak berat akibat hantaman rudal.
Ia juga melaporkan terjadi kebakaran besar di beberapa gedung non-perumahan di distrik Desnyansky dan Darnytsky.
Kepala administrasi militer Kyiv, Tymur Tkachenko, menambahkan bahwa kerusakan juga dilaporkan di distrik Dniprovsky.
Sejumlah warga sipil menjadi korban luka dan saat ini tengah mendapat perawatan medis di rumah sakit terdekat.
Serangan tersebut menjadi yang terbaru dalam serangkaian aksi militer Rusia menjelang musim dingin keempat sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai pada Februari 2022.
Langkah Rusia ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan dari negara-negara Barat yang kembali memperkuat dukungan militer untuk Kyiv.
Baca Juga:Ngeri! Segini Kekuatan Militer Indonesia, Tiongkok, Rusia, dan Korut Jika Digabung
Sehari sebelum serangan, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyerukan kepada negara-negara Barat dan Eropa agar segera mengirim rudal jarak jauh untuk memperkuat pertahanan Ukraina.
Starmer menyatakan, “Kyiv memerlukan bantuan nyata, bukan janji politik. Dukungan militer jangka panjang akan memastikan agresi Rusia tidak berlanjut,” ujarnya dalam pernyataan resmi di London.
Selain itu, Uni Eropa juga telah mengambil langkah konkret dengan menyetujui pendanaan baru guna memperkuat pertahanan Ukraina selama dua tahun ke depan.
Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa pekan ini mengumumkan sanksi baru terhadap sektor energi Rusia.
Langkah ini bertujuan untuk melumpuhkan sumber pendapatan utama Moskow yang digunakan dalam pembiayaan perang di Ukraina.
Serangan terbaru ke Kyiv menandakan bahwa eskalasi konflik Rusia–Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda, dan berpotensi memperburuk situasi keamanan di kawasan Eropa Timur menjelang musim dingin yang keras.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI



