Sabtu, 13 Desember, 2025

PM Jepang Sanae Takaichi Dikecam Usai Gelar Rapat Pukul 03.00 dan Akui Hanya Tidur 2-4 Jam

TAJUKNASIONAL.COM Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi kembali menjadi sorotan publik setelah menggelar rapat dengan stafnya pada pukul 03.00 waktu setempat.

Keputusan tersebut memantik gelombang kritik dari masyarakat dan warganet yang menilai langkah itu mencerminkan budaya kerja berlebihan yang masih mengakar kuat di Jepang.

Kontroversi ini mencuat ketika Takaichi diminta memberikan klarifikasi di parlemen terkait kemungkinan perluasan batas kerja lembur sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam kesempatan itu, ia mengaku hanya tidur dua hingga empat jam per hari karena padatnya agenda pemerintahan.

“Saya tidur sekitar dua jam sekarang, paling lama empat jam. Saya merasa itu tidak buruk untuk kulit saya,” ujar Takaichi di depan anggota parlemen pada sesi 8 November.

Baca Juga: China Murka, Konsul di Osaka Ancam “Penggal” PM Jepang Takaichi: Kronologi Ketegangan Memanas

Pernyataan tersebut langsung memancing reaksi keras, mengingat pemerintah Jepang sedang mengampanyekan pentingnya keseimbangan hidup dan kerja bagi seluruh warganya.

Dalam penjelasannya, Takaichi mengatakan bahwa situasi pekerja dan pemberi kerja tidak bisa disamakan.

Ia menyinggung adanya pekerja yang memilih mengambil dua pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan, sementara perusahaan menetapkan aturan lembur yang ketat.

Posisi para pemimpin, menurutnya, memiliki dinamika berbeda, terutama saat pekerjaan menumpuk.

Namun, Takaichi menegaskan bahwa setiap perubahan aturan di bawah kepemimpinannya akan mengutamakan perlindungan bagi warga.

Baca Juga: Menko Yusril Bahas Kerja Sama Hukum dalam Pertemuan Dengan Jepang

Ia menambahkan, tujuan jangka panjangnya adalah menciptakan kondisi kerja yang memungkinkan masyarakat bisa membagi waktu antara pekerjaan, pengasuhan, dan kehidupan pribadi secara ideal.

“Memang, jika kita bisa menciptakan situasi di mana orang-orang bisa bekerja, mengasuh anak, dan tetap memiliki waktu luang serta kesempatan untuk bersantai, itu akan ideal,” ujarnya.

Meski demikian, publik justru menilai tindakan Takaichi bertolak belakang dengan pernyataannya.

Rapat menjelang subuh dan kebiasaannya tidur dalam waktu sangat singkat dianggap sebagai contoh buruk bagi pejabat publik.

Di platform X, sejumlah warganet melayangkan komentar pedas. “Apakah itu cara untuk merasa tidak berdosa?” tulis seorang pengguna. Warganet lainnya menegaskan bahwa kebiasaan tersebut bukan sesuatu yang patut dibanggakan. “Itu secara serius menghambat fungsi otak,” kritik salah satu pengguna lain.

Komentar semakin memanas ketika beberapa warga menyebut tindakan Takaichi sebagai sikap tidak perlu. “Tak ada yang memaksa Anda tetap melek dalam waktu lama. Istirahatlah dan berhenti merengek,” tulis seorang pengguna.

Sanae Takaichi dilantik sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang pada November tahun lalu.

Baca Juga: Gempa M 6,8 Guncang Pesisir Timur Honshu, Jepang, BMKG Sebut Indonesia Tetap Aman

Sebelumnya, ia menjabat sebagai Ketua Partai Demokrat Liberal dan dikenal dengan komitmen kerja kerasnya.

Bahkan, ia pernah menyatakan bahwa dirinya akan “bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja” tanpa menuntut keseimbangan hidup khusus untuk diri sendiri.

Di sisi lain, Jepang selama bertahun-tahun berupaya memperbaiki budaya kerja yang menuntut jam kerja panjang.

Fenomena karoshi—kematian akibat kerja berlebih—menjadi salah satu masalah serius yang coba diatasi pemerintah melalui berbagai regulasi baru. Namun insiden rapat dini hari Takaichi kembali memunculkan diskusi panjang tentang efektivitas kebijakan tersebut serta contoh yang diberikan pemimpin negara.

Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini