TAJUKNASIONAL.COM Ketegangan di wilayah Palestina kembali meningkat setelah pasukan militer Israel tetap melakukan serangan udara dan tembakan artileri di Jalur Gaza serta Tepi Barat, meski gencatan senjata masih resmi berlangsung.
Rentetan serangan terbaru ini kembali menambah daftar panjang korban sipil yang tewas sejak Oktober.
Menurut laporan otoritas setempat, dua remaja Palestina tewas ditembak tentara Israel di Kafr Aqab, wilayah Yerusalem Timur.
Kedua korban dilaporkan mendapat luka kritis sebelum akhirnya meninggal dunia.
Serangan itu terjadi ketika pasukan militer Israel memasuki Kafr Aqab dengan dalih melakukan patroli keamanan.
Baca Juga:
Situasi tak lebih baik di Gaza bagian selatan. Seorang pengungsi Palestina dilaporkan tewas ditembak pasukan Israel di luar “garis kuning” di selatan Khan Younis.
Seorang sumber medis dari Rumah Sakit Nasser menyebut korban ditembak ketika mencoba bergerak menuju area pengungsian yang dinilai lebih aman.
“Garis kuning” merupakan batas demarkasi yang disepakati sebagai zona aman selama gencatan senjata berlangsung. Garis tersebut menandai area yang harus ditinggalkan oleh pasukan Israel setelah proses penarikan mundur. Namun, laporan terbaru menyebutkan bahwa pasukan Israel justru telah melanggar batas tersebut.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengungkapkan bahwa tank dan pasukan Israel sudah maju sekitar 300 meter melewati garis kuning di bagian timur Gaza City.
Pelanggaran ini dinilai memperburuk kondisi keamanan yang sebelumnya sudah sangat rapuh.
Baca Juga: Presiden Prabowo Bertolak ke Malaysia Hadiri KTT ke-47 ASEAN, Bahas Energi hingga Gaza
Serangan-serangan itu terjadi ketika perjanjian gencatan senjata sebenarnya masih aktif. Meski demikian, aktivitas pengeboman, tembakan jarak dekat, dan serangan drone masih terus berlangsung sejak kesepakatan tersebut diumumkan.
Data otoritas kesehatan Palestina mencatat lebih dari 300 warga Gaza tewas akibat serangan Israel sejak gencatan senjata diberlakukan.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran global.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menyampaikan bahwa PBB sangat prihatin terhadap berlanjutnya kekerasan di Gaza dan Tepi Barat meski gencatan senjata seharusnya menjadi pijakan menuju stabilitas.



