TAJUKNASIONAL.COM Gencatan senjata fase pertama di Jalur Gaza menghadirkan momen penuh haru bagi ribuan warga Palestina yang selama berbulan-bulan hidup dalam kelaparan akibat blokade dan serangan brutal Israel.
Untuk pertama kalinya setelah tujuh bulan, warga dapat kembali menikmati makanan sederhana yang selama ini mustahil dijangkau, seperti ayam, roti, dan sayuran segar.
Sejak agresi militer Israel dimulai, akses terhadap makanan dan kebutuhan pokok hampir sepenuhnya terhenti.
Bantuan kemanusiaan diblokade, toko-toko hancur, dan mesin produksi pangan lumpuh total. Kini, di tengah jeda pertempuran, sebagian kecil aktivitas ekonomi dan sosial mulai menggeliat kembali di Gaza.
Pemandangan warung makan dan toko sayur yang kembali buka menjadi simbol kebangkitan kecil di tengah kehancuran besar.
Baca Juga:Â Israel Akan Mendeportasi 170 Aktivis yang Ditahan Setelah Serangan Flotilla Bantuan ke Gaza
Di beberapa titik Gaza utara, warga terlihat berkerumun membeli bahan makanan yang baru kembali tersedia, seperti ayam dan roti.
Meski stok masih terbatas, suasana ini membawa sedikit harapan bagi warga yang telah lama berjuang melawan kelaparan ekstrem.
Kembalinya produksi roti menjadi salah satu tanda paling berarti dari gencatan senjata ini.
Sebuah toko roti di kawasan Nuseirat bahkan kembali beroperasi setelah dua tahun terhenti akibat serangan udara dan kerusakan infrastruktur.
Roti menjadi makanan pokok yang selama ini hanya menjadi impian bagi banyak keluarga pengungsi di Gaza.
Badan Pangan Dunia (WFP) mencatat, sejak diberlakukannya gencatan senjata, lebih dari 530 truk bantuan kemanusiaan telah memasuki wilayah Gaza.
Baca Juga:Israel Langgar Gencatan Senjata, 9 Warga Palestina Tewas Ditembak di Gaza
Total muatan mencapai sekitar 6.700 ton makanan, cukup untuk memberi makan setengah juta penduduk selama dua pekan.
Namun, angka tersebut masih jauh di bawah kebutuhan minimum harian Gaza yang mencapai 2.000 ton per hari.
Meski bantuan mulai mengalir, kontrol ketat dari otoritas Israel masih memperlambat distribusi logistik.
WFP menyebut, hingga kini pihaknya hanya mampu menyalurkan sekitar 750 ton makanan per hari, jauh dari target yang dibutuhkan untuk menekan ancaman kelaparan massal.
Lembaga kemanusiaan internasional menilai bahwa pemulihan kehidupan di Gaza akan membutuhkan waktu panjang, mengingat sebagian besar infrastruktur pangan, energi, dan kesehatan telah hancur.