Makanan tersebut disediakan oleh penyedia MBG dari SPPG Bina Insani, yang mendistribusikan makanan ke sejumlah sekolah di Bogor.
“Dua bakteri berbahaya ini terdeteksi pada menu yang dikonsumsi siswa. Itu yang memicu gejala mual, muntah, diare, hingga lemas,” jelas Dedie.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyatakan bahwa dari total korban, 34 siswa masih menjalani perawatan di rumah sakit, sementara sisanya telah dipulangkan dalam kondisi membaik.
“Per 9 Mei 2025, tercatat 210 siswa terpapar, tersebar di delapan sekolah yang seluruhnya menerima makanan dari penyedia yang sama,” ujar Retno dalam keterangan tertulis.
Retno menambahkan bahwa tim Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan serta pengambilan sampel tambahan guna memastikan tidak ada korban baru.
Pemerintah Kota Bogor kini tengah meninjau ulang standar pengolahan dan distribusi makanan dari seluruh penyedia MBG, agar kejadian serupa tidak terulang.
“Ini evaluasi besar bagi semua pihak, khususnya penyedia makanan. Keamanan pangan harus jadi prioritas, terutama saat menyangkut anak-anak sekolah,” tegas Dedie.