TAJUKNASIONAL.COM – Agus Setiawan, warga setempat yang juga kakak kandung salah satu korban tewas dalam ledakan amunisi, Rustiawan, angkat bicara. Baginya, tudingan bahwa warga mendekat ke area peledakan demi berburu besi bekas tak hanya menyakitkan—tetapi menyesatkan.
“Kami kuli, bukan pemulung. Kami bekerja, dan kami diupah,” tegas Agus.
Menurut Agus, para warga yang menjadi korban dalam tragedi itu bekerja resmi, membantu membuka peluru kecil dan selongsong yang akan dimusnahkan, dengan bayaran Rp150 ribu per hari. Pekerjaan mereka dilakukan selama sekitar dua belas hari, bersama pihak militer dalam kegiatan rutin pemusnahan amunisi yang tak layak pakai.