Sabtu, 20 September, 2025

Kolaborasi Jaga Mangrove dan Tambak Udang: 458 Ribu Benur Ditebar di Desa Dabong Lewat Program Silvofishery

Sementara itu, Beni Putra Ramadani, asisten proyek kerja sama Sampan Kalimantan dan Carbon Ethics, menjelaskan aspek teknis sekaligus tujuan sosial program.

“Kami berada di salah satu lokasi pengembangan optimalisasi eks-tambak, yang sebelumnya tidak aktif dan sekarang sedang diupayakan agar kembali berfungsi. Tujuan program ini adalah memperkuat resiliensi masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim. Karena itu, dilakukan tahapan pengapuran dasar, pengendalian hama, pemupukan, hingga pengecekan kualitas air secara berkala. Udang vaname ini rentan stres terhadap perubahan cuaca, suhu, salinitas, dan pH, sehingga pengelolaan kualitas air menjadi kunci keberhasilan,” jelas Beni.

Ia menambahkan bahwa di Dabong, pihaknya mendorong pengembangan model tambak tradisional plus.

Baca Juga: Di Forum BRICS, Menko AHY: Tegaskan Indonesia Komitmen Hadapi Urbanisasi dan Krisis Iklim

“Harapannya, program pendampingan ini bisa membantu masyarakat meningkatkan nilai ekonomi, mengoptimalkan potensi lokal, serta mendorong perbaikan lingkungan dan pemberdayaan secara berkelanjutan. Dengan begitu, hasilnya tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga berkontribusi pada penurunan emisi dan penguatan resiliensi masyarakat,” tutupnya.

Dari sisi penerima manfaat, para petambak menyambut baik inisiatif ini. 

Salah satunya adalah A. Rahim, salah seorang petambak penerima bantuan benur.

“Terima kasih atas kerja samanya, mudah-mudahan kegiatan ini bisa berkelanjutan. Selama ini kami sudah mengelola tambak lebih dari 20 tahun, tetapi belum pernah mendapatkan hasil yang memuaskan. Kami berharap melalui kerja sama ini ada ilmu baru yang bisa kami pelajari, terutama tentang cara pengapuran dan pencegahan racun, karena selama ini kami hanya mengandalkan pengalaman sendiri,” ungkapnya.

Rahim juga menjelaskan proses rehabilitasi tambak yang ia lakukan bersama tim kecil beranggotakan empat orang.

“Proses biasanya dimulai dengan rehabilitasi tambak, lalu dikapur tohor selama satu bulan. Setelah itu dilakukan peracunan ramah lingkungan untuk membersihkan hama, air ditahan sebentar lalu dibuang. Setelah bersih, barulah tambak diberikan kapur gromet. Itu semua butuh kerja sama tim,” jelasnya.

Ia menambahkan, keberlanjutan program ini sangat diharapkan karena menyangkut masa depan ekonomi keluarga dan masyarakat desa.

“Kami berharap program ini jangan sampai berhenti di sini saja, tapi bisa terus berjalan. Karena selain membantu kami dalam permodalan dan bibit, program ini juga memberi semangat baru. Kami ingin hasilnya nanti bisa membawa manfaat bukan hanya untuk kami sebagai petambak, tetapi juga untuk desa Dabong secara keseluruhan,” tutur Pak Rahim.

Baca Juga: DPR Dukung Pembangunan Tanggul Laut Raksasa di Pantura, Dorong Kajian Mendalam dan Keberlanjutan

Bagi Pak Rahim, pelaksanaan program ini menjadi titik awal yang membangkitkan optimisme baru. Dukungan ilmu, pendampingan, dan kerja sama dianggap sebagai kunci yang akan membawa perubahan nyata dibandingkan cara tradisional yang selama ini dijalankan.

Sebagai informasi, tiga petambak penerima bantuan bibit udang vaname ini adalah Pak Junaidi, Pak Hatta, dan Pak A. Rahim.

Mereka kini menjadi pionir dalam pelaksanaan program pengelolaan tambak berkelanjutan di Desa Dabong, yang diharapkan dapat memperkuat ekonomi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian mangrove.

Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini