Baginya, kunci dari hubungan profesional adalah kesederhanaan dan rasa saling menghargai.
Sebagai pendiri EO dan promotor sejak 2009, Ari mengaku sering menyaksikan langsung tingkah laku sejumlah musisi baru yang dinilainya memanfaatkan popularitas untuk meminta fasilitas berlebihan.
“Sering kali saya hanya bisa senyum kecut atau ketawa miris melihat riders mereka yang bikin geleng-geleng kepala. Seolah-olah sedang memanfaatkan momentum, mumpung sedang di atas,” katanya.
Ari pun menekankan bahwa ada hal yang jauh lebih penting daripada sekadar fasilitas mewah, yakni manajemen diri yang baik, tim produksi yang solid, serta komunikasi dan adaptasi yang sehat dalam tim.
Sebagai penutup, Ari menyampaikan bahwa meskipun dirinya dan Dewa 19 telah dikenal luas dan memiliki nama besar, mereka tetap menjaga sikap rendah hati dalam bekerja sama dengan promotor.
“Bahkan Ari Lasso Band dan Dewa 19 dijuluki sebagai band legendaris dengan riders yang bisa dibeli di Indomaret atau Alfamart,” ungkapnya.
Unggahan ini, menurut Ari, bukan sekadar kritik tetapi juga pengingat bagi dirinya sendiri dan rekan-rekan sesama musisi bahwa popularitas itu menyenangkan, namun kejatuhan karena kesombongan bisa sangat menyakitkan.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI
