Sebaliknya, negara-negara seperti AS hanya mencatat skor 7,18, Inggris 6,88, dan Jepang jauh di bawah dengan 5,93.
Peneliti utama, Tyler VanderWeele, menjelaskan bahwa meskipun negara-negara maju mencatat skor tinggi dalam aspek finansial dan evaluasi hidup, mereka cenderung lebih rendah dalam dimensi makna hidup, hubungan sosial, dan karakter pro-sosial.
Temuan ini berbeda dengan hasil World Happiness Report 2024 yang menempatkan Indonesia di posisi ke-80 dari 143 negara, sementara negara-negara Eropa seperti Finlandia, Denmark, dan Swedia mendominasi peringkat teratas.
VanderWeele menilai bahwa laporan kesejahteraan memberikan gambaran yang lebih menyeluruh dibandingkan laporan kebahagiaan yang hanya menilai evaluasi hidup seseorang.
Baca juga: Bakal Wakili Indonesia di Ajang Miss Universe, Berikut Daftar Pemenang Puteri Indonesia 2025
“Begitu Anda memperhitungkan aspek-aspek kesejahteraan lainnya, daftarnya benar-benar terlihat berbeda,” ujarnya.
Hasil ini memberi sudut pandang baru tentang bagaimana masyarakat menilai arti sejati dari kesejahteraan di luar indikator ekonomi semata.