TAJUKNASIONAL.COM – Dokter Spesialis Anak, Rinawati Rohsiswatmo, mengingatkan bahwa demam tinggi pada anak tidak selalu menandakan infeksi bakteri. Karena itu, penggunaan antibiotik tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus melalui pemeriksaan medis terlebih dahulu.
“Periksa darah dulu, jangan langsung kasih antibiotik,” ujar Rina dalam diskusi publik bertajuk Dua Generasi, Satu Ancaman: Pentingnya Cegah RSV yang digelar di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Ia menilai masih banyak orang tua yang panik ketika anak mengalami demam, sehingga langsung meminta agar anak dirawat inap. Padahal, demam bisa saja disebabkan oleh infeksi virus, termasuk Respiratory Syncytial Virus (RSV). “Setelah pandemi, kita makin sadar bahwa demam bisa akibat virus. Maka pemeriksaan darah sebaiknya dilakukan dulu,” tambahnya.
Rina menekankan pentingnya kebijakan dalam menangani demam anak. Menurutnya, pemeriksaan laboratorium harus dijadikan acuan sebelum memutuskan pemberian antibiotik.
Dalam kesempatan tersebut, Rina juga menyoroti meningkatnya kasus infeksi RSV pada anak-anak di Indonesia. Virus ini menyerang saluran pernapasan bagian bawah dan dapat menyebabkan bronkiolitis serta pneumonia, terutama pada bayi.
Ia menyebut bayi di bawah enam bulan menjadi kelompok paling rentan karena sistem imun mereka belum berkembang sempurna.
Risiko infeksi RSV juga meningkat pada bayi prematur atau yang memiliki penyakit bawaan. “Gejalanya bisa terlihat ringan di awal, lalu berkembang menjadi parah,” jelasnya.
Banyak pasien bayi yang terinfeksi RSV bahkan harus dirawat di ruang ICU dan menggunakan alat bantu napas. Ia menambahkan, terapi antibodi monoklonal untuk mengobati RSV sangat mahal, bahkan bisa mencapai Rp100 juta per pasien.
Sebagai upaya pencegahan, Rina mendorong pemberian vaksin RSV pada ibu hamil. Menurutnya, vaksin ini efektif jika diberikan pada trimester ketiga kehamilan untuk memberikan perlindungan dini pada bayi sejak lahir.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI
