Kamis, 30 Januari, 2025

Skenario Anas Jegal Anies Lewat Operasi Gebuk Demokrat

Seorang koruptor bernama Anas Urbaningrum melenggang keluar dari Lapas Sukamiskin. Dan proxy untuk menjegal pencapresan Anies Baswedan pun bertambah. Mengapa?

Anas, yang divonis sebagai koruptor oleh Pengadilan Negeri sampai Peninjauan Kembali di MA ini, hampir pasti akan berlabuh di Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Ini menimbang banyak loyalis Anas yang bergabung di partai ini. Bahkan Ketum PKN, Gede Pasek, adalah sahabat Anas.

PKN jelas bukan partai besar. Untuk bisa lolos menjadi peserta pemilu saja, PKN harus habis-habisan. Bahkan ramai rumor adanya tangan kuat yang mengintervensi KPU, sehingga status PKN beralih dari “Tidak Memenuhi Syarat” menjadi “Memenuhi Syarat”.

Ke depannya, diprediksi PKN akan mengadopsi gaya Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Jika PSI memosisikan diri sebagai diehard kontra Anies Baswedan, maka PKN akan mengkapitalisasi konflik Anas dan SBY. Menjelang pembebasan Anas, sesunguhnya sinyal ini makin menyata.

Mayoritas publik menilai manuver ini punya dua sasaran. Pertama, meningkatkan popularitas PKN. Potensi PKN untuk berada di spotlight perhatian publik akan membesar jika mereka terus menyerang SBY. Bagaimanapun, SBY masih merupakan salah satu magnet politik terbesar di negeri ini.

Kedua, dengan mendegradasi SBY, PKN otomatis akan mendegradasi Demokrat. Karena SBY dan Demokrat jelas tidak bisa dipisahkan.

Namun, sesungguhnya ada tujuan ketiga, yakni menjegal pencapresan Anies Baswedan. Karena dengan mengganggu Demokrat, sedikit-banyaknya, PKN akan mengganggu konsentrasi Demokrat di semua lini. Efeknya, bukan cuma soal Pileg, tapi juga perihal kerja-kerja Demokrat memenangkan Anies Baswedan melalui Koalisi Perubahan dan Persatuan.

Jadi, sah-sah saja jika publik mengaitkan Anas, Pasek dan PKN dengan KSP Moeldoko. Bahwa tiga yang di depan adalah proxi dari yang di belakang. Bukankah Peninjauan Kembali (PK) KSP Moeldoko atas kemimpinan Partai Demokrat akan berdampak pada menjegal pencapresan Anies Baswedan?

Apalagi jika kita menelisik riwayat Pasek dan Moeldoko. Mereka sama-sama pernah bergabung di Hanura. Kala itu Pasek menjabat Ketua Bidang, sementara Moeldoko adalah anggota Dewan Pembina.

Bahkan, kita juga bisa mencerna narasi Saiful Huda, kaki tangan Moeldoko, yang secara blak-blakan mengkapitalisasi pembebasan Anas untuk menyerang Partai Demokrat, sekaligus menjadi pembenaran atas PK Moeldoko.

Jangan lupakan Kornas Sahabat Anas Urbaningrum, Muhammad Rahmad, yang ternyata narasinya sebelas-dua belas dengan Saiful Huda. Selidik demi selidik ternyata Rahmad adalah mantan jubir Demokrat-nya Moeldoko.

Agaknya, dia cabut dari sisi Moeldoko karena menyadari Moeledoko tidak mungkin menang melawan kepemimpinan AHY yang solid di Demokrat. Namun, kini Rahmad berjalan bersama Moeldoko karena mereka memiliki tujuan yang sama.

Tampak jelas, semuanya mengarah pada Moeldoko.

Jadinya, kurang pas rasanya jika menyebut Demokrat sedang digebuk dari dua arah, yakni Moeldoko dan Anas. Yang benar, Demokrat sedang digebuk oleh Moeldoko dengan menggunakan dua pentungan.

Pertanyaannya, apa benar semua ini inisiatif Moeldoko? Saya ragu. Saya justru membaca skenario besar ini didalangi oleh lingkar utama kekuasaan. Ada pihak yang panik akibat menguatnya dukungan terhadap Anies Baswedan untuk melakukan perubahan dan perbaikan di negeri ini.

Dan sang dalang itu mungkin saat ini sedang ngakak ketika mendengar Anas menyebut “nabok nyilih tangan”.  Karena sesungguhnya, Anas sedang menjadi tangan itu sendiri.

Bambang Haqiqi

Pengamat Sosial

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini