Namun, SBY tidak hanya menyuarakan keprihatinan. Sebagai former world leader yang dihormati secara global, SBY juga memberi harapan.
SBY yakin bahwa dunia belum sepenuhnya kehilangan akal sehat dan hati nurani. Masih ada ruang untuk perubahan.
Masih ada jalan menuju tatanan global yang lebih adil, lebih beradab.
Ini bukan sekadar seruan moral, melainkan panggilan untuk bertindak.
Indonesia tidak boleh tinggal diam. Pertama, karena jika dibiarkan, situasi ini pada akhirnya akan merugikan kepentingan nasional kita, baik secara ekonomi, diplomatik, maupun keamanan.
Baca juga: Konflik Israel vs Iran dan Arab: Sejarah Ketegangan dan Perang yang Tak Berujung
Kedua, karena ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia adalah salah satu tujuan negara Indonesia.
Ketiga, karena kita adalah bangsa Pancasila. Kita menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Kita tidak bisa membiarkan extreme human suffering di negara-negara yang terlibat perang terus berlangsung tanpa upaya apa pun untuk mencegah atau menguranginya.
SBY sudah memberi teladan. Sekarang, giliran kita untuk menyikapi seruan moral itu.
Hari ini dunia memanggil para pemimpinnya. Dunia sedang berharap.
Jadilah negarawan global, bukan hanya penguasa. Dengarkan jeritan umat manusia yang menderita karena konflik dan perang.
Gunakan kekuatan bukan untuk mendominasi, tetapi untuk melindungi.
Jadilah bagian dari solusi, bukan sumber dari ketakutan dunia.
Sebagaimana yang dikatakan SBY, “Kegigihan mereka untuk merusak harus kita hadapi dengan kegigihan kita untuk mencegah kerusakan dan membangun kembali.”