Dalam sejarah diplomasi modern Indonesia, lawatan Presiden Prabowo Subianto ke kawasan Timur Tengah dan Turkiye pada 9–14 April 2025 adalah babak emas yang layak dicatat dengan tinta keberanian dan kebanggaan.
Bukan sekadar kunjungan seremonial, ini adalah langkah strategis yang mempertegas posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah yang diperhitungkan di panggung global.
Prabowo bukan hanya hadir sebagai kepala negara, tapi sebagai patriot yang membawa nama Indonesia dengan kepala tegak.
Di Abu Dhabi, ia menandatangani delapan dokumen kerja sama penting—bukti nyata bahwa Indonesia tak lagi menjadi penonton dalam peta geopolitik dunia.
Hubungan erat dengan Uni Emirat Arab bukan sekadar wacana, melainkan komitmen yang tertuang hitam di atas putih.
Ke Turkiye, Prabowo datang dan disambut bak pemimpin dunia sejati. Pidatonya di Parlemen Turkiye dan forum internasional di Antalya bukan hanya memperkenalkan visi Indonesia, tapi juga memperlihatkan wibawa seorang pemimpin yang mampu menyuarakan perdamaian dan kerja sama global.
Di Mesir, Qatar, dan Yordania, tangan-tangan disambut hangat, nota kesepahaman ditandatangani, dan kepercayaan bangsa-bangsa ditanamkan.
Prabowo tidak hanya membangun diplomasi politik dan ekonomi, tapi menanam benih peradaban baru bagi masa depan Indonesia di dunia Arab dan Islam.
Inilah bukti bahwa Indonesia tak lagi berdiplomasi dengan kata-kata kosong. Di bawah kepemimpinan Prabowo, diplomasi berubah menjadi senjata kekuatan lunak yang tajam—mengayomi rakyat, membanggakan bangsa, dan mengukuhkan Indonesia sebagai kekuatan global yang disegani.
Lawatan ini bukan hanya perjalanan diplomatik, melainkan manifestasi kebangkitan nasional!
Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)
