Presiden Prabowo Subianto memiliki visi besar yang akan mengubah wajah perekonomian Indonesia di masa depan.
Ambisinya untuk menjadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang di Jawa Tengah sebagai pusat industri kelas dunia, mirip dengan Shenzhen, adalah langkah revolusioner yang harus kita dukung.
Shenzhen, yang dulunya hanyalah sebuah desa nelayan kecil di China, kini menjadi kota industri yang berkembang pesat berkat kebijakan cerdas dan inovasi luar biasa di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping.
Kini, mimpi besar Prabowo untuk menjadikan Batang sebagai Shenzhen-nya Indonesia sudah di depan mata.
Dengan status baru sebagai KEK, Industropolis Batang menawarkan peluang yang tak terhitung banyaknya. Sejak diresmikan, kawasan ini telah menarik investasi sebesar Rp17,95 triliun dari berbagai negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan China.
Proyek ini tak hanya memberikan harapan baru bagi ekonomi Indonesia, tetapi juga menciptakan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan, dengan 7.008 orang sudah bekerja di kawasan ini.
Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan Industropolis Batang akan menciptakan lebih dari 58.000 lapangan pekerjaan, dengan proyeksi mencapai 250.000 tenaga kerja ketika beroperasi sepenuhnya.
Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan kerjasama internasional, salah satunya dengan China State Construction Engineering Corporation (CSCEC), yang turut berkontribusi dalam pengembangan kawasan industri ini.
Melalui program Two Countries Twin Park (TCTP), Indonesia dan China bersinergi untuk menciptakan kawasan industri terintegrasi yang dapat menumbuhkan ekosistem bisnis dan supply chain yang lebih kuat.
Kini saatnya Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu menciptakan kawasan industri yang tidak hanya berkembang pesat tetapi juga memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional.
Industropolis Batang adalah simbol masa depan Indonesia yang lebih maju, mandiri, dan kompetitif di kancah global.
Mari kita dukung penuh langkah Prabowo dalam mewujudkan impian besar ini!
Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)