Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan arah besar bangsa ini: Indonesia harus memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat, tanpa defisit, paling lambat 2027 atau 2028.
Inilah target bersejarah yang menunjukkan keteguhan sikap seorang pemimpin yang mengedepankan kedaulatan ekonomi bangsa.
Prabowo dengan lantang menyatakan bahwa bangsa besar tidak boleh selamanya hidup dengan menambal utang.
Ia bertekad, lewat efisiensi anggaran dan manajemen keuangan negara yang disiplin, Indonesia akan membuktikan diri sebagai negara yang berdiri tegak, bermartabat, dan mandiri.
Rancangan APBN 2026 menjadi tonggak awal.
Dengan defisit sebesar Rp638,8 triliun atau 2,48 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), pemerintah berkomitmen terus menekannya hingga titik nol.
Belanja negara sebesar Rp3.786,5 triliun akan diarahkan tepat sasaran, sementara pendapatan negara Rp3.147,7 triliun dikelola secara transparan dan penuh tanggung jawab.
Langkah ini bukan sekadar angka-angka.
Ini adalah strategi politik-ekonomi yang membawa pesan: Indonesia tidak akan tunduk pada jebakan utang! Dengan pembiayaan inovatif dan berkelanjutan, Prabowo ingin menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini mampu mengelola hartanya sendiri, tanpa ketergantungan.
Rakyat pun harus menyambut semangat ini dengan kebanggaan.
APBN tanpa defisit adalah simbol kemenangan kemandirian ekonomi nasional.
Di tangan Prabowo, Indonesia tidak hanya menjaga pertahanan di medan perang, tetapi juga memenangkan pertempuran di meja ekonomi global.
Kini, tinggal bagaimana kita bersama-sama menjaga disiplin fiskal, mendukung kebijakan presiden, dan memastikan efisiensi benar-benar berjalan.
Karena pada akhirnya, APBN tanpa defisit bukan sekadar mimpi—ia adalah tekad bangsa menuju kejayaan.
Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)
