Senin, 3 Februari, 2025

Ketika Anies Baswedan Tersandera Manuver PKS

Keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk mengusung Anies Baswedan dan Sohibul Iman (Aman) sebagai paslon di Pilgub Jakarta 2024 sesungguhnya merupakan perjudian besar bagi masa depan karir politik Anies Baswedan.

Pertama, PKS tidak memiliki cukup kursi di DPRD Jakarta untuk mencalonkan Anies secara mandiri. Paslon yang diusung PKS masih kekurangan 4 kursi lagi untuk memenuhi tiket Pilgub. Kondisi ini memaksa PKS harus mencari dukungan tambahan dari parpol lain. Tanpa dukungan yang cukup, pencalonan Anies-Iman terancam karam sebelum berlayar.

Kedua, pengusungan Aman tak melalui komunikasi yang mendalam dengan parpol-parpol lainnya. Hal ini memantik munculnya isu bahwa duet tersebut kurang menarik bagi parpol lain. Buktinya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Nasdem menanggapi pencalonan ini dengan dingin.

Apalagi bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang sebelumnya diharapkan mendukung Anies, telah memiliki calon sendiri, yaitu mantan Panglima TNI Andika Perkasa. Ketidakkompakan ini menunjukkan bahwa Anies dan PKS belum berhasil membangun koalisi yang solid dan luas, yang sangat diperlukan dalam kontestasi politik sebesar Pilgub Jakarta.

Keputusan sepihak PKS untuk mengusung pasangan Aman bisa berbahaya jika mereka gagal menarik dukungan dari parpol lain. Anies terancam tidak bisa maju dalam Pilgub Jakarta 2024. Jika Anies tidak maju dalam Pilgub, peluangnya untuk maju dalam Pilpres 2029 juga akan sulit terwujud.

Pilgub Jakarta, sebagai salah satu pemilihan kepala daerah yang paling bergengsi di Indonesia, merupakan ajang yang sangat strategis bagi Anies untuk memperkuat posisinya di kancah politik nasional. Tapi ini pun hanya sementara.  Tanpa menduduki kursi Jakarta 1, Anies tidak memiliki panggung politik yang kuat untuk terus menjadi pembicaraan publik.

Situasi ini memantik spekulasi tentang adanya skenario tertentu di balik keputusan PKS. Apakah ini memang strategi politik yang diinginkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjegal langkah Anies Baswedan menuju Pilpres? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan mengingat betapa pentingnya dukungan dari berbagai pihak dalam politik Indonesia. Jika dukungan tersebut tidak bisa diperoleh, karir politik Anies bisa menghadapi tantangan besar ke depannya.

Selain itu, dinamika politik di Indonesia sering kali penuh dengan intrik dan strategi yang kompleks. Tidak jarang ada manuver politik yang dilakukan untuk melemahkan lawan atau bahkan sekutu. Dalam konteks ini, langkah PKS mengusung Anies-Iman tanpa dukungan kuat dari parpol lain bisa jadi merupakan bagian dari strategi yang lebih besar, baik dari pihak PKS sendiri maupun dari pihak lain yang memiliki kepentingan tertentu.

Keputusan ini juga mengundang pertanyaan mengenai bagaimana Anies Baswedan sendiri menilai situasi ini. Sebagai seorang politisi yang berpengalaman, Anies tentu memiliki perhitungan dan strategi tersendiri. Apakah Anies melihat ini sebagai kesempatan untuk membangun basis dukungan yang lebih luas di luar struktur parpol tradisional, ataukah ia menyadari risiko besar yang dihadapi dan memiliki rencana cadangan?

Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Yang jelas, keputusan PKS untuk mengusung pasangan Aman telah membuka babak baru dalam perjalanan politik Anies Baswedan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian.

Oleh: Ghifari Husin

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini