Kemiskinan etika diperlihatkan Anies Baswedan. Mengutip pernyataan pers dari Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat yang juga Anggota Tim 8 dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Teuku Riefky Harsya, tampak jelas Anies seperti orang yang tak punya etika.
Padahal, dalam politik, etika tetap harus dijunjung tinggi. Hal yang jauh dari karakter dan kepribadian seorang Anies Baswedan.
Setelah membaca secara lengkap pernyataan pers Teuku Riefky Harsya, tak ada kata yang lebih pantas disematkan untuk Anies, selain kata ‘Pengkhianat’. Anies melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian dalam Piagam Koalisi Perubahan.
Lebih parahnya, Anies juga mengkhianati Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Anies yang awalnya mengemis untuk menjadikan AHY sebagai Cawapresnya, tiba-tiba menjatuhkan pilihan kepada Muhaimin Iskandar.
Apa Anies lupa pada Januari 2023 lalu, ia datang menemui AHY untuk menjemput takdir? Dengan mengemis, Anies menyampaikan kalau ia ingin AHY mendampinginya menjadi Cawapres. Anies pun melobi AHY agar membujuk PKS bergabung, melengkapi dukungan dari Demokrat dan Nasdem.
Alhasil, AHY pun mampu mengajak PKS untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan. Hingga pada akhirnya sepakat mengusung Anies sebagai Capres.
Bahkan, 6 hari sebelum Anies membuat keputusan sepihak untuk menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres, Anies membuat surat melalui tulisan tangan untuk mengajak AHY berpasangan dengan dirinya.
Anies juga mengatakan ditelpon ibunya berkali-kali dan mendapatkan petunjuk dari guru spiritualnya bahwasanya ia harus memilih AHY sebagai Cawapres.
Dari rentetan peristiwa di atas, dapat kita simpulkan memang Anies tidak memiliki etika. Lebih tepatnya etika politik Anies sangat buruk. Anies mengalami kemiskinan etika.
Secara sepihak menjadikan Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres tentu bukanlah langkah bijak. Walau diberi kebebasan memilih Cawapres, tapi sebagai teman koalisi, Anies harus mengajak diskusi.
Demi kepuasan Surya Paloh, Anies rela berkhianat. Berkhianat terhadap Partai Demokrat, PKS, dan yang utama berkhianat kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dede Prandana Putra (Pemerhati Politik)