Jumat, 22 November, 2024

Indonesia Butuh Pemimpin Bertaraf Dunia

Oleh: Jabal Sab
Esais, Founder Komunitas Intelektual Menara Putih

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia sudah memainkan peran penting dalam konstelasi politik dunia. Sejak tahun 1945, Indonesia memposisikan diri sebagai negara yang menentang kolonialisme dan imperialisme di dunia. Indonesia punya tempat tersendiri bagi negara-negara yang baru merdeka kala itu, dimana kita turut mengakui kedaulatan negara-negara tersebut.

Indonesia di era Orde Lama pernah mempersatukan negara-negara Asia dan Afrika melalui Konferensi Asia-Afrika di Bandung dan memprakarsai KTT Non Blok. Di era Orde Baru, Indonesia juga berperan penting dalam terbentuknya kerjasama regional Asia Tenggara dengan pembentukan Asean. Sejak Orde Baru, Tentara Nasional Indonesia berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia dengan penyertaan pasukan Garuda sebagai pasukan perdamaian PBB. Indonesia punya kontribusi penting dalam penyelesaian konflik di Bosnia di dekade 90’an.

Sementara pasca reformasi, SBY terpilih sebagai presiden Indonesia dari hasil pemilihan umum yang demokratis. Indonesia di era SBY semakin punya nilai tawar berkat akselerasi ekonomi yang pesat, menjadikan Indonesia kembali menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia pasca krisis moneter 1998. Di masa SBY lah Indonesia masuk sebagai anggota G-20 berkat pertumbuhan PDB Indonesia yang meningkat, menjadikan Indonesia masuk sebagai 20 negara dengan skala ekonomi terbesar dunia.

Indonesia kala itu berperan dalam meredam sengketa perbatasan regional negara-negara di Laut Cina Selatan, isu kemanusiaan di Rohingya, konflik Timur Tengah, perompakan di laut dan penanggulangan terorisme. Di masa itu Amerika Serikat juga mencabut embargo militer terhadap Indonesia. Kebijakan luar negeri SBY sejalan dengan semangat konstitusi Indonesia yang bebas-aktif, tanpa membangun keberpihakan, namun membangun dialog dan kesepahaman antar negara. Indonesia menjalankan politik luar negeri dengan semboyan “thousands friends zero enemies” dalam membangun diplomasi berlandaskan perdamaian dunia ala SBY.

Sederet prestasi SBY di kancah internasional dan nilai tawar Indonesia yang makin kuat sebagai kekuatan ekonomi dunia, bukan hanya dipandang sebagai emerging market tapi juga emerging economy dan emerging politics yang patut diperhitungkan.

Sejarah panjang peran Indonesia dalam peta politik dunia harus terus dipertahankan bahkan diperkuat di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan sosok yang bukan hanya cerdas dan punya konsep pembangunan, Indonesia juga butuh pemimpin yang punya kapasitas dan kapabilitas dalam diplomasi di tingkat internasional. Indonesia perlu punya tokoh di dalam kepemimpinan negara yang paham bukan hanya mengenai ekonomi dan geopolitik internasional, tapi juga menguasai wacana diplomasi dan isu-isu strategis terkait pertahanan dan keamanan, dan punya pergaulan internasional yang luas.

Agus Harimurti Yudhoyono yang namanya terus dibicarakan sebagai salah satu kandidat dalam kepemimpinan Indonesia ke depan punya pengalaman sebagai pasukan perdamaian PBB di saat pecah konflik di Lebanon Selatan. Sebagai bagian dari pasukan perdamaian PBB, AHY tahu betul bagaimana pola organisasi internasional dalam menangani isu perdamaian dunia.

Ketika mengunjungi Jerman mewakili Yudhoyono Institute dalam event Club de Madrid beberapa bulan lalu, Ketua Umum Partai Demokrat itu dengan gamblang menyampaikan pandangannya mengenai isu-isu global dan langkah strategis yang harus ditempuh.

AHY juga diwawancarai secara khusus oleh media ternama Jerman Deutsche Welle. Dalam kesempatan itu ia dengan komunikasi high profile memetakan masalah dunia; mulai dari konflik Rusia-Ukraina, masalah krisis pangan, ketersediaan energi dan inflasi. Ia menyampaikan mengenai keseimbangan global tanpa hegemoni dari salah satu kekuatan politik dominan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. AHY menggunakan terminologi “dinamic equilibrium” sebagai cara untuk menjaga keseimbangan Indonesia dalam politik dunia yang tidak condong memihak dan menguntungkan satu kelompok tertentu.

Mengenai konstelasi politik global, AHY tidak hanya bicara masalah traditional security tapi juga human security, dalam artian bahwa perdamaian dunia bukan hanya perihal tidak adanya perang, namun juga harus memenuhi hak-hak mendasar manusia menyangkut kesejahteraan.

Dalam kunjungan lain di Australia, AHY mengunjungi Gubernur Jenderal Australia David J. Hurley, Menteri Dalam Negeri dan Perdagangan Australia Penny Wong, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Richard Marles dan Menteri Industri dan Science Ed Husic dan sejumlah senator dari Partai Buruh dan Partai Liberal.

AHY juga bertemu dengan sejumlah ilmuwan dan guru besar dari tiga universitas bergengsi di Australia, yaitu dari Australian National University (ANU), Monash University dan University of Melbourne. AHY membicarakan seputar isu hubungan bilateral Indonesia dan Australia, sejumlah isu global dan tentang perkembangan demokrasi di Indonesia. Pada kesempatan itu AHY disambut peneliti yang banyak mengkaji tentang Indonesia Prof. Edward Aspinall dan guru dari banyak ekonom Indonesia Prof. Hall Hill. Di University of Melbourne, turut disambut Vedi R. Hadiz, ilmuwan politik Indonesia yang berkarir di Australia dan sejumlah tokoh lainnya.

Pada kesempatan itu AHY bicara mengenai kualitas demokrasi politik Indonesia yang menurun disebabkan fenomena money politics, identitiy politics dan post-truth politics. Ia juga menekankan bahwa pendidikan adalah kunci bagi keberhasilan dan keberlanjutan proses demokratisasi di Indonesia.

Di masa pemerintan Jokowi, ilmuwan politik ternama Australia Greg Fealy menyorot penurunan kualitas demokrasi Indonesia saat ini. Saat ini Indonesia mengalami “represive pluralism” atau pluralisme yang dipaksakan secara represif oleh pemerintah atas nama keberagaman dengan bersikap represif terhadap kelompok-kelompok Islam, yang menurut Fealy hak mereka untuk menyuarakan pendapat dijamin oleh demokrasi.

AHY telah menunjukkan kualitasnya di hadapan sejumlah tokoh-tokoh internasional dengan gaya diplomasi kelas dunia, ditambah dengan ketajaman visinya terkait isu-isu global. AHY punya kapasitas dan kapabilitas yang dibutuhkan pemimpin Indonesia mendatang agar Indonesia tidak dipandang sebelah mata di jajaran pemimpin dunia. keberadaan AHY sebagai pemimpin Indonesia, baik capres maupun cawapres, akan menambah kepercayaan dunia terhadap Indonesia sebagai sebuah kekuatan ekonomi-politik yang disegani dunia.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini