Kamis, 21 November, 2024

Halus

Prosesi Prabowo mau bergabung dengan kabinet Jokowi, dan prosesi Jokowi mau menarik Prabowo ke dalam kabinetnya, usai dua kali berseteru ketat, tegang, adalah prosesi yang halus. Terang-terangan, tapi hakikatnya halus. Tak mudah terlihat dengan mata zahir.

Termasuk, doa (almarhum) KH Maimun Zubair yang belakangan diungkapkan muridnya, Gus Baha, yang ingin agar Jokowi dan Prabowo, saling asih dan saling mencintai. Gus Baha sendiri sempat mengaku ragu, tapi setelah jadi kenyataan, baru ia mengerti. Saking halusnya.

Pembelahan masyarakat berkurang, bahkan berakhir, tak dilihat dan dilupakan. Apalagi sesudahnya, pemerintahan menjadi lebih siap dan sukses menghadapi krisis akibat Covid 19 dan krisis global, diremehkan saja. Seolah-olah semuanya bisa dilewati tanpa prosesi di atas.

Orang hanya melihat sekadar prosesi yang terlihat saja. Di balik itu, apalagi sesudahnya, kalau prosesi itu tak terjadi, misalnya, tak mau dilihat dan dirasakan. Cie cie dapat Menhan tu. Kira-kira hanya itu yang terlihat. Bukankah itu terlalu kasar? Yang halusnya gagal terlihat.

Prosesi halus itu adalah prosesi yang kita lihat sisi kebaikannya, sekecil apa pun itu dan bukan sisi murah yang lazim dan itu kasar. Sisi murah yang lazim itu, misalnya melihat prosesi di atas sebagai bentuk ketidaktahanan beroposisi atau pengkhianatan. Tidakkah itu suatu yang kasar?

Bisa jadi suatu yang halus dan kasar dari suatu prosesi itu menunjukkan pula, apa dan siapa diri kita sebenarnya. Tak mau merasakan hal lebih mendalam dari suatu peristiwa. Peristiwa yang mestinya dianggap luar biasa, dianggap biasa saja, malah tak berarti, begitu sebaliknya.

Prosesi bersatunya Prabowo dan Jokowi saja tak bisa dilihat secara halus, bagaimana bisa dilihat prosesi yang halus dari pencawapresan Gibran? Ini pasti akan macam-macam, ngeri, dan kasar. Malah, seorang Jokowi pun, bukan mustahil, baru bisa menangkap yang halus itu belakangan. Dan ia rela dihujat dan dilecehkan.

Saya sendiri baru bisa menangkap yang halus dari prosesi pencawapresan Gibran ini setelah bertemu Fahri Hamzah. Bang Fahri bercerita satu-satu dan membongkar semua di balik prosesi ini. Benar-benar halus. Harus agak tenang. Saking halusnya membuat pendukung Jokowi yang melihat secara tak halus justru melolong sampai ke langit. Memang halus.

Oleh: Erizal

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini