TajukPolitik – Mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Rizal Ramli secara khusus menyoroti kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani yang tidak mampu menaikkan rasio pajak atau tax ratio.
Seperti diketahui kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo di sektor ekonomi seringkali mendapat kritik dari Rizal ramli, karena dinilai belum menunjukkan hasil membanggakan.
Bahkan dikatakan Rizal Ramli, penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini masih kalah jauh dibandingkan dengan saat ia duduk di pemerintahan era Presiden Gus Dur.
“Tahun 2001, tax ratio terhadap GDP sudah 11,5%, tapi hari ini malah merosot ke 9,5%. SMI (Sri Mulyani Indrawati) memang payah,” kritik Rizal Ramli, Sabtu (14/1).
RR, sapaan Rizal Ramli memaparkan, rendahnya rasio pajak terjadi karena pemerintah hanya mampu menaikkan pajak terhadap masyarakat kecil. Sedangkan kepada pengusaha kelas kakap, pemerintah tidak punya keberanian.
“Untuk orang kaya malah diberi tax amnesty, tax holiday dan lain-lain. Bisanya hanya ngutang, ngutang lagi dengan bunga tinggi,” tegas RR.
Belum lagi kebijakan pemerintah yang tidak pandai memilih prioritas. Dalam dua tahun terakhir, RR melihat pemerintah lebih sering menghabiskan uang negara demi mementingkan proyek tak penting.
“2,5 tahun terakhir, pengeluaran meningkat pesat, sebagian karena memang untuk atasi Covid, tapi sebagian besar lain pengeluraan proyek belum perlu. Kejagoan SMI hanya ngutang dengan bunga tinggi dan naikkan pajak rakyat,” tutupnya.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri memperkirakan rasio pajak atau tax ratio Indonesia di tahun ini akan mengalami penurunan yang sangat tajam dan kembali ke single digit.
Ini juga disebabkan lantaran tahun ini adanya moderasi harga komoditas yang berpangurh terhadap penerimaan negara.
Memang tax ratio Indonesia masih cenderung rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan, Faisal, bilang, tax ratio Indonesia menduduki peringkat ke 134 dari 143 negara di dunia.