Minggu, 23 Februari, 2025

Sindir Ekonomi Indonesia Tertinggal Jauh dari Tiga Negara ASEAN, Rizal Ramli: Katanya Hebat

TajukPolitik – Ekonom senior Rizal Ramli mengaku heran dengan klaim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) terkait dengan kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat ini.

Pasalnya, dari beberapa indikator, Indonesia justru jauh tertinggal dari tiga negara yang ada di ASEAN.

Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Rizal Ramli memposting sebuah grafis yang menunjukan perbedaan Indonesia dengan tiga negara yang ada di ASEAN yakni Malaysia, Vietnam dan Filipina.

“Katanya hebat, kok indikator-indikatornya jauh dibandingkan negara-negara ini? Memang hebatnya di slogan-slogan dan pidato-pidato doang,” tulis Rizal dalam unggahannya itu, pada Senin (27/2).

Dalam grafik itu menunjukan bahwa tahun 2021, rasio GDP dengan penerimaan pajak Indonesia hanya 9,1 persen. Jauh tertinggal dari Filipina yang mencapai 16,1 persen diikuti Malaysia 13 persen dan Vietnam 12,9 persen.

Pada tahun 2022, balance of payment (BOP) justru Indonesia defisit sebesar 1,3 miliar dolar AS. Sementara Malaysia surplus sebesar 3,4 miliar dolar AS, Vietmen surplus 1,5 miliar dolar AS dan Filipina surplus 600 juta dolar AS.

Dari sisi pertumbuhan GDP, Indonesia juga terpaut sangat jauh dengan Malaysia yang mencapai 14 persen. Indonesia hanya tumbuh 5 persen. Sementara Vitnam mampu tumbuh di 8 persen dan Filipina 7,2 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapatkan kritik karena sering menyebut dunia dalam keadaan krisis. Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari negara tetangga, seperti Vietnam, Filipina, hingga Malaysia.

Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengkritik pernyataan Sri Mulyani yang menyebut dunia dalam keadaan krisis ekonomi dan pangan serta energi pada 2023.

“Contohnya pertumbuhan ekonomi negara negara di Asia Tenggara pada 2022. Vietnam pertumbuhan ekonominya sebesar 7,02 persen. Kemudian, pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2022 sebesar 7,6 persen naik dari 2019 sebesar 6,12 persen. Malaysia pertumbuhan ekonominya pada 2022 sebesar 8,7 persen naik dari tahun 2019 yang hanya sebesar 4,41 persen,” katanya dalam keterangan, Senin (27/2/2023).

Khusus Malaysia, dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang tertinggi selama kurun waktu 22 tahun semenjak dari periode 2000.

Bambang juga mempertanyakan seringnya para pejabat negara yang kerap memberikan informasi yang keliru dan terkesan menakut nakuti masyarakat soal kondisi 2023. Alasannya, hal tersebut justru menimbulkan spekulasi dan menurunkan kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah.

“Beberapa negara memang mengalami kesulitan energi karena terputusnya supply gas dari Ukraina akibat perang, seperti halnya Jerman, Inggris, Jepang dan beberapa negara Eropa. Namun, mereka berupaya menghidupkan kembali tambang batu bara untuk digunakan sebagai energi di negaranya, bahkan beberapa negara menghidupkan kembali reaktor nuklirnya seperti Jerman dan Jepang agar harga energi listrik menjadi murah kembali,” katanya.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini