TajukPolitik – ekonom senior Rizal Ramli sinyalir ada skenario besar sedang dibangun Presiden Joko Widodo dalam melanggengkan kekuasaan dengan membentuk kerajaan keluarga.
Setelah skenario perpanjangan masa jabatan presiden gagal di tengah jalan, kini Presiden Joko Widodo diduga sedang membangun kerajaan keluarga melibatkan anak-anaknya terjun ke dunia politik.
“Bukan hanya itu (memperpanjang masa jabatan), Jokowi sedang mempersiapkan ‘kerajaan keluarga’!” kata tokoh nasional Rizal Ramli, Jumat (27/1).
Setidaknya, sudah dua anak Jokowi yang nyata-nyata bergelut di dunia politik, yakni Gibran Rakabuming Raka dan menantunya, Bobby Nasution. Terbaru, putra bungsunya juga dikabarkan berhasrat ingin terjun ke politik, yakni Kaesang Pangarep.
Rizal Ramli pun menyoroti manuver politik keluarga Presiden Jokowi ini yang dianggap mengangkangi demokrasi. Padahal, Jokowi bisa menjadi kepala negara demokrasi.
“Tidak pernah berjuang untuk demokrasi, (tapi) bisa jadi presiden karena demokrasi. Setelah berkuasa mempreteli demokrasi dan mempersiapkan ‘kerajaan keluarga’. Payah tidak memahami makna republik yang demokratis!” tandasnya.
Sementara itu Rocky Gerung mengatakan ada dinasti kekuasaan tergambar jelas dalam keluarga Jokowi saat ini. Rocky mengatakan keluarga Jokowi sedang mengalami ketagihan kekuasaan.
“Coba kita lihat latar dari peristiwa-peristiwa ini, semua itu kalau kita cari highlight nya (menyorot), kita akan temukan satu unsur di dalam politik Jokowi yaitu ketagihan kekuasaan. Karena ketagihan maka dipaksa secara cepat-cepat mengajukan dua nama Gibran dan Kaesang itu,” kata Rocky Gerung dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Jum’at, (27/1/2023).
Mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia itu mengungkit pernyataan Jokowi beberapa tahun yang lalu yang mengatakan bahwa sebaiknya Gibran dan Kaesang tidak usah mengikuti jejaknya sebagai politisi.
Rocky menilai pernyataan Jokowi itu telah terbantahkan dengan adanya Gibran Rakabuming menjadi Walikota Solo dan Kaesang Pangeran yang sedang mengambil ancang-ancang mengikuti jejak Jokowi dan Gibran menjadi politisi.
“Tidak mungkin itu terjadi karena Jokowi sebetulnya kita bisa predikat dari awal bahwa dia akan ketagihan kekuasaan, nah orang yang ketagihan kekuasaan memerlukan peralatan politik, sialnya Pak Jokowi tidak mampu menunjukan kapasitasnya memimpin PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) atau mengambil alih PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang sangat didesain untuk Kaesang atau Gibran pada waktu itu,” cetusnya.