Tajukpolitik – Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, menyebut penolakan proposal perdamaian Ukraina-Rusia yang ditawarkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Prabowo Subianto telah membuat jelek nama Indonesia di mata dunia.
Sebab, menurut Radityo, apa yang dilakukan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mempertaruhkan nama baik Indonesia di mata dunia.
“Dan ini reputasi Indonesia yang dipertaruhkan. Saya tidak akan mengatakan langsung dipermalukan, tapi dipertaruhkan,” tegas Radityo, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/5).
Sejatinya, lanjut Radityo, hubungan Indonesia dan Ukraina berjalan harmonis setelah kunjungan Presiden Joko Widodo tahun lalu. Namun hubungan ini bisa terpengaruh setelah penolakan Ukraina atas proposal perdamaian yang ditawarkan dalam forum internasional Shangri-La Dialogue, Singapura beberapa waktu lalu.
Radityo juga menilai pertemuan Menhan Prabowo dengan Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin pasca proposal pengajuan tersebut sebagai upaya memulihkan hubungan baik kedua negara.
“Sudah dicoba diperbaiki situasinya, Pak Prabowo kemarin bertemu dengan Dubes Ukraina. Tapi masalahnya, kita tidak tahu sejelas apa persoalannya,” ujar Radityo.
Yang lebih konkret, Radityo menyarankan pemerintah Indonesia segera bergerak memulihkan hubungan dengan Ukraina, misalnya dengan memberikan ucapan duka hingga dukungan logistik kepada warga yang terdampak jebolnya bendungan di Ukraina.
“Ini yang mungkin bisa dilakukan untuk memperbaiki reputasi. Karena kalau tidak, Indonesia akan dianggap sebagai negara yang ternyata sama-sama membela Rusia,” pungkas Radityo.
Untuk diketahui, Menhan Prabowo Subianto, menyampaikan proposal perdamaian Ukraina-Rusia. Dalam proposal tersebut, Prabowo menjelaskan langkah-langkah perdamaian yang harus ditempuh untuk mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia.
Namun sayangnya, proposal yang diajukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra ini ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Ukraina.