TajukPolitik – Pegiat media sosial Setya Budi menyebut PDIP lebih butuh guru matematika dibandingkan capres untuk diusung di Pilpres 2024. Pernyataan ini terkait sikap ofensif politisi PDI Perjuangan, Said Abdullah, yang menyebut Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) “halu” terkait pernyataannya mengenai hidup rakyat lebih baik era kepemimpinan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Sebagai salah satu loyalis Puan, tentu jalan berpikir Said ini harus diluruskan. Dibanding sibuk ngurusin pencapresan, ada baiknya kader-kader PDIP belajar matematika perbandingan dasar. PDIP butuh guru matematika,” kata Budi, Rabu (12/10).
Menurut Budi, hal ini baik dilakukan PDIP menimbang masih banyak guru-guru honorer yang belum diangkat jadi PNS di era Presiden Jokowi. Selain itu, jika PDIP dekat dengan guru-guru honorer, diharapkan PDIP bisa lebih peka dengan aspirasi guru-guru honorer.
“Lumayan kan bagi guru honorer jika setiap DPC bahkan DPAC memberdayakan satu orang guru matematika untuk menambah kapasitas hitung-hitungan dasar kader PDIP. Ke depan PDIP bisa lebih akurat dalam hal hitung-hitungan, dan guru-guru honorer lebih mudah menyuarakan aspirasinya,” ungkapnya.
Budi menjabarkan, jika menggunakan matematika perbandingan dasar, contohnya terkait kemiskinan, di era SBY, di awal kepemimpinan (2004) angka kemiskinan sebesar 36,15 juta jiwa, dan pada tahun 2014 angka kemiskinan menjadi 27,73 juta jiwa. Artinya (36,15 juta dikurangi 27,73 juta), di bawah kepemimpinan SBY, Indonesia bisa mengentaskan kemiskinan sebesar 8,42 juta jiwa. Sedangkan pemerintahan Jokowi per Maret 2022 mencatat angka kemiskinan sebesar 26,16 juta, atau dalam kata lain (27,73 juta dikurangi 26,16 juta), pemerintahan Jokowi hanya mampu mengentaskan kemiskinan sebesar 1,57 juta jiwa.
“Nah, kira-kira dengan akal yang sehat, besar mana 8,42 juta jiwa keluar dari jurang kemiskinan di era SBY, dibandingkan 1,57 juta jiwa di era Jokowi?” tanyanya.
(dc)