TajukPolitik – Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung konflik Ukraina dan Rusia yang tak kunjung selesai. SBY menilai semua pihak, termasuk Indonesia, tidak boleh netral atas konflik tersebut.
Awalnya SBY menjelaskan situasi dan kondisi konflik antara Rusia dan Ukraina yang makin memburuk dan berpotensi menjadi perang yang lebih besar.
“Perkembangan situasi di Ukraina dan Eropa semakin buruk dan bisa berkembang ke perang besar jika tren terus meningkat, termasuk permusuhan Barat dan Rusia dan sekutunya yang semakin tajam dan mendalam,” ujarnya di acara seminar yang bertemakan ‘Geopolitik dan Keamanan Internasional, Ekonomi Global, & Perubahan Iklim’ di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022).
Maka dari itu, lanjut SBY, miskalkulasi mungkin terjadi, unexpected incident di lapangan atau in the ground setiap saat bisa terjadi.
SBY menyinggung sikap beberapa pihak yang memilih tidak ingin ikut-ikutan atau tidak memihak dalam konflik antara Rusia dan Ukraina. Dia menyebut keputusan itu mungkin tidak salah.
“Mungkin soal perang di Ukraina ada yang milih, ‘Oh saya tak ikut-ikutan, saya ingin netral, saya tidak akan take side apakah pro-Rusia atau pro-Ukraina dan kemudian Barat’, pilihan begitu mungkin tidak salah,” kata SBY.
Namun SBY menilai semua pihak seharusnya tidak netral dalam konflik dua negara tersebut. Dia beralasan semua harus mencegah konflik tersebut memburuk menjadi perang dunia ke-3, bahkan perang nuklir.
“Tetapi tidak boleh abstain, tidak boleh netral, kita semua para pemimpin dunia harus mencegah memburuknya situasi sampai pada ujung terjadi Perang Dunia yang baru disertai penggunaan senjata nuklir, itu yang paling penting, make the impossible possible, dan dengan memohon pertolongan Tuhan, dengan niat baik dan ikhtiar yang serius insyaallah akan ada jalan,” pungkasnya.